Jum'at, 10 Jan 2025, 02:40 WIB

Kanselir Jerman Olaf Scholz dengan Tegas Kritik Trump yang Akan Ambil Alih Greenland dan Kanada

Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Rabu (8/1/2025) mengkritik Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas ancamannya untuk mengambil alih Greenland dan Kanada. 

Foto: ANTARA/Anadolu

BERLIN - Kanselir Jerman Olaf Scholz pada hari Rabu (8/1) mengkritik Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas ancamannya untuk mengambil alih Greenland dan Kanada.

"Perbatasan tidak boleh diubah dengan kekerasan. Prinsip ini berlaku dan menjadi landasan tatanan perdamaian kita," kata Scholz dalam pernyataan resminya.

Trump sebelumnya menyatakan minatnya terhadap Pulau Greenland di Arktik, yang merupakan wilayah Denmark. Dalam konferensi pers baru-baru ini di kediamannya di Mar-a-Lago, Trump tidak menutup kemungkinan menggunakan kekuatan militer untuk menguasai Terusan Panama atau Greenland.

Seperti dikutip dari Antara, Presiden Amerika mendatang dan akan dilantik pada 20 Januari tersebut juga menyatakan kemungkinan menggunakan tekanan ekonomi terhadap Kanada agar menjadi salah satu negara bagian AS.

Sementara itu, Scholz mengatakan dalam sejumlah pembicaraan dengan mitra-mitra Eropa, ada ketidakpahaman tertentu terhadap beberapa pernyataan dari AS.

"Perbatasan yang tidak dapat diganggu gugat berlaku di setiap negara," kata Scholz menegaskan,yang ini berlaku baik di Timur maupun di Barat.

Pilar Keamanan

Scholz menambahkan prinsip ini adalah bagian inti dari apa yang disebut sebagai nilai-nilai Barat. "Prinsip ini tidak boleh digoyahkan," tambahnya. Scholz juga menegaskan NATO tetap menjadi pilar utama keamanan.

Pada Senin (6/1), Trump kembali memicu kontroversi melalui platform media sosial Truth Social.

Dia menyatakan "Greenland adalah tempat yang luar biasa, dan masyarakatnya akan mendapatkan manfaat yang sangat besar jika, dan ketika, Greenland menjadi bagian dari negara kami. Kami akan melindunginya, dan menghargainya, dari dunia luar yang sangat kejam. BUAT GREENLAND HEBAT LAGI!" (MAKE GREENLAND GREAT AGAIN!").

Sebelumnya pada Selasa, Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen kembali menegaskan sikap tegas negaranya terkait otonomi Greenland, menyusul seruan Trump untuk mengambil alih wilayah Arktik tersebut.

Hubungan Jerman-AS telah tegang karena celaan verbal berulang-ulang yang dilakukan triliuner Amerika Elon Musk, yang akan menjadi penasihat Trump setelah Trump menjadi presiden pada 20 Januari.

Musk, yang menghina Scholz dan Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, juga menjadi sorotan karena mendukung partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD) dalam pemilu mendatang pada 23 Februari.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen menepis pendirian Trump untuk menguasai Greenland akan berujung menjadi krisis diplomatik.

"Saya tak merasa telah terjadi krisis diplomatik. Pantas sekali bagi Amerika Serikat untuk menunjukkan kekhawatiran, dan Kerajaan Denmark harus memahaminya," ucap Rasmussen pada Rabu.

Pernyataan Rasmussen disampaikan untuk merespons ucapan Trump pada Selasa (7/1), yang menolak mengesampingkan kemungkinan pihaknya menggunakan pendekatan militer ataupun ekonomi untuk mengambil alih Greenland maupun Terusan Panama di Amerika Tengah.

Sementara, Rasmussen merespons pernyataan mengenai keinginan Greenland memperkuat status otonomi dengan menyoroti pentingnya menindaklanjuti kekhawatiran AS melalui kerja sama erat dengan Greenland.

"Sebagaimana yang dunia lihat, wajar jika Amerika Serikat mulai mengalihkan perhatiannya ke kawasan Arktik," ucap Menlu Denmark.

Tak mengherankan apabila Lingkar Arktik yang semakin mencair akibat perubahan iklim menarik perhatian dunia seiring dengan dibukanya jalur pelayaran baru dan rivalitas yang meruncing di kawasan itu, kata Rasmussen.

"Sayangnya, selain mencairnya Arktik, kita juga melihat meruncingnya kompetisi dengan Russia yang menempatkan persenjataannya di daerah itu dan Tiongkok yang semakin tertarik berkecimpung di sana," kata dia.

PM Denmark Mette Frederiksen menegaskan komitmen Denmark mempertahankan status otonomi Greenland. "Pandangan saya maupun pemerintahan saya sangat jelas: Masa depan Greenland ditentukan di Greenland. Greenland adalah miliki rakyatnya," ucap PM Denmark kepada televisi setempat, TV2. Ant/N-3

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan: