Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kampus Makin Rentan Terorisme

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Berita mengejutkan muncul Sabtu (2/6), saat Densus 88 Antiteror Mabes Polri menggeledah Kampus Universitas Riau (Unri), Pekan Baru, dan menemukan empat bom rakitan siap untuk diledakkan. Penemuan di Gelanggang Mahasiswa, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Unri, tersebut makin mengkhawatirkan. Sebab empat bom rakitan itu akan digunakan untuk meledakkan Gedung DPRD Riau dan Gedung DPR di Senayan, Jakarta.

Densus 88 Antiteror dibantu pasukan Brimob Polda Riau kemudian menangkap tiga terduga teroris di gelanggang mahasiswa. Kepala Kepolisian Daerah Riau, Inspektur Jenderal Nandang, mengatakan ketiga orang yang ditangkap itu alumni Unri. Gerak mencurigakan ketiga terduga ini sudah diketahui sejak dua pekan lalu.

Penemuan bom rakitan dan penangkapan tiga terduga teroris dari kampus membuktikan bahwa sejumlah kampus sudah terpapar radikalisme dan terorisme. Namun, penanganan dan pencegahan terorisme di kampus-kampus harus hati-hati, jangan sampai menimbulkan berbagai protes. Selama ini kampus steril dari militerisme.

Kampus memang menjadi salah satu sasaran kelompok radikal dan teroris mengingat mahasiswa dan dosen merupakan kelompok yang potensial dipengaruhi paham- paham radikal. Kemampuan intelektual mahasiswa dan dosen justru dimanfaatkan kelompok radikal untuk merekrutnya dengan logika dan pemahaman empiris. Media sosial menjadi sarana sangat efektif untuk menjalin komunikasi dan penetrasi paham-paham radikal.

Sejauh ini, menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, kalangan mahasiswa menjadi incaran karena muncul, tanpa kecurigaan. Hal ini bisa lahir kelompok radikal yang lebih terpelajar. Disebutnya, dalam penelitiannya berdasarkan pengakuan mantan aktivis Negara Islam Indonesia (NII), kalangan mahasiswa menjadi incaran.

Peneliti senior LIPI, Endang Turmudi, ini dipengaruhi kejadian 9 September 2001 dan invasi Amerika ke Afganistan dan Irak. Di Indonesia sendiri, makin subur sejak reformasi. Karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus memantau pergerakan paham radikal di kampuskampus. BNPT pun menyebut sebanyak tujuh kampus ternama yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), Institut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB) terpapar radikalisme.

Pengungkapan data BNPT soal kampus-kampus yang terpapar paham radikal memang menimbulkan kontroversi, termasuk dari Kemenristekdikti yang kurang setuju data kampus diungkap karena dampaknya akan merugikan.

Namun, Kemristekdikti bersama pimpinan perguruan tinggi seluruh Indonesia terus berupaya mencegah berkembangnya paham radikalisme di kampus.

Kita mendukung penuh upaya Densus 88 maupun BNPT untuk melakukan pencegahan tindak pidana terorisme. Namun juga mengingatkan untuk sasaran kampus, baik mahasiswa maupun dosen serta sivitas akademika lainnya memang penanganannya harus ekstrahati-hati.

Bagaimana aparat harus mampu menangkap para terduga teroris, tanpa harus masuk ke kampus. Ini memang sulit, tetapi itulah cara terbaik untuk menanganinya.

Kita juga berharap dengan makin tingginya elemen kampus yang terpapar radikalisme dan terorisme, utamanya rektor, dekan, dan para dosen harus mampu mendeteksi secara dini. Mereka juga harus mampu mengembalikan mahasiswa ke kegiatan positif. Namun, jika pendekatan kampus tidak mampu, tindakan tegas berupa sanksi akademis harus dijatuhkan.

Komentar

Komentar
()

Top