Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
irektur Operasional PT MRT Jakarta, Agung Wicaksono, soal Pengoperasian MRTMRTMRT

Kami Masih Rekrut Tenaga untuk Operasional

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sebanyak 12 kereta Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta telah dipindahkan dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Depo Lebak Bulus. Kereta atau sebutan kerennya rolling stock buatan Nippon Sharyo, Jepang ini memiliki dimensi panjang 20 meter, lebar 2,9 meter, dan tinggi 3,9 meter.

Untuk mengetahui lebih lanjut terkait operasional ke depannya, reporter Koran Jakarta, Peri Irawab, mewawancarai Direktur Operasional PT MRT Jakarta, Agung Wicaksono, di Jakarta, Minggu (8/4). Berikut petikannya:
Seperti apa uji coba kereta MRT di Depo Lebak Bulus nanti?

Bukan uji coba, hanya beberapa rangkaian tes. Hal ini yang menjelaskan direktur konstruksi. Kalau uji coba operasi itu nanti Desember. Kalau tes ini kan masih domain kontraktor. Diserahkan ke MRT kalau testing dan comissioning selesai. Sekarang masih tanggung jawab kontraktor.
Setelah tes nanti, bagaimana persiapan uji coba operasi MRT?

Trial run itu kan nanti Desember. Ada yang parsial, dia beroperasi tapi belum sepenuhnya rangkaian kereta. Ada juga emergency drill, lalu latihan-latihan yang terkait emergency, kemudian juga ada operasi secara penuh tapi belum berbayar, dan terakhir full trial sampai menjelang operasi pada Maret 2019. Trial run ini dilakukan setelah comissioning test.

Kapan sisa kereta akan tiba di Jakarta?

Juni akan dikirim lagi dua set, dan secara bertahap sampai dengan September. Setiap pengiriman mungkin dua set atau dua rangkaian MRT. Beberapa waktu lalu, baru dua set atau 12 gerbong kereta. Nanti, 14 set lagi dikirim bertahap, bisa setiap dua Minggu datang dua set MRT.

Bagaimana dengan kesiapan operasional kereta MRT nantinya?

Kesiapan operasi kita baru 50 persen. Terdiri dari kesiapan institusional dan kesiapan SDM. Kesiapan institusional itu ada regulasi, SOP, manual, kemudian sistemnya. Sedangkan kesiapan SDM itu dari SDM operasi, pemeliharaan, masinis, maupun Operation Control Center ( OCC) Dispathcer dan stasiun start. Tenaga pemeliharaan juga banyak, pemeliharaan rolling stock, listrik aliran atas, persinyalan, jalan dan jembatan.

Sejauh ini, perekrutan SDM-nya bagaimana?

Kalau perekrutan tidak sampai Maret. Masinis dalam waktu dekat ini harus tuntas. Sebelum Agustus sudah harus jalan. Tenaga kerja ini kita rekrut dari Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) dan Akademi Perkeretaapiaan Indonesia (API), juga umum seperti dari berbagai politeknik dan universitas dan lainnya.

Orang-orang ini adalah pilihan karena akan mengerjakan pekerjaan yang belum pernah ada di Indonesia sebelumnya. Masinisnya juga lain karena dia kereta otomatis, OCC Dispathcer juga jenis pekerjaan baru, pengatur lalu lintas MRT dikendalikan oleh OCC. Makanya, habis kita rekrut langsung kita training di Malaysia.

Sebenarnya jumlah kebutuhan tenaga kerja ini berapa?

Kalau untuk masinis itu 70 orang, OCC Dispathcer butuh sekitar 10 orang, pemeliharaan di lokasi sekitar 330 orang yang sifatnya operasi dan pemeliharaan. Sekarang baru terpenuhi setengahnya. Kita masih rekrut, karena ada yang sudah diterima tapi belum diproses lebih lanjut.

Apa bedanya masinis kereta biasa dengan MRT ini?

Kalau masinis yang ada sekarang itu mengemudikan kereta, dia yang mengatur kecepatan, dan yang menjalankannya. Kalau masinis di MRT ini tugasnya, kalau pada saat kondisi normal itu hanya buka tutup pintu. Tapi, pada waktu terjadi kondisi khusus atau gangguan, baru dia berperan untuk mengemudikan secara manual. Atau dia mengemudikan manual di Depo. Karena di MRT ini ada OCC Dispathcer tadi, dia mengendalikan traffic atau pengendali lalu lintasnya kereta api dari ruang OCC. Jadi, sebenarnya OCC Dispathcer inilah yang mengendalikan MRT, bukan masinis. Kalau di PT KAI itu nggak ada OCC Dispathcer karena sistem persinyalannya berbeda.

Spesifikasi kereta MRT ini seperti apa?

Secara spesifik, ini adalah kereta otomatis. Karena dikendalikan oleh sistem persinyalan melalui OCC tadi. Juga secara jalur perlintasan, ini semua bebas tanpa hambatan karena ada di bawah tanah dan jalur layang sehingga tidak terganggu oleh lalu lintas. Karena tidak adanya perlintasan dengan jalan raya, maka potensi gangguan terminimasi. Juga dengan sistem persinyalan yang baru, melalui frekuensi radio, ini akan menjamin akurasi kedatangan kereta di stasiun.

P-5


Redaktur : M Husen Hamidy

Komentar

Komentar
()

Top