Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemanasan Global

Kadin: Dekarbonisasi Industri Dapat Mencegah Krisis Iklim

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pelaksanaan dekarbonisasi industri dapat mencegah terjadinya krisis iklim menjadi krisis ekonomi nasional. Sangat diapresiasi kolaborasi 50 perusahaan dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) pada pertengahan Oktober lalu.

"Kolaborasi 50 perusahaan dengan Kadin menjadi titik awal gerakan dekarbonisasi serta menggambarkan geliat sektor swasta dalam mengurangi emisi karbon," kata Ketua Komite Tetap Energi Baru dan Terbarukan (Komtap EBT) Kadin, Muhammad Yusrizki, dalam pernyataan di Jakarta, Selasa (25/10).

Seperti dikutip dari Antara, Yusrizki mengatakan inisiatif kolaborasi tersebut muncul mengingat selama ini belum ada urgensi menurunkan emisi karbon di sektor industri di kalangan pemangku kepentingan bisnis.

"Proses dekarbonisasi memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan oleh perusahaan dengan skala apa pun, bahkan perusahaan berskala multinasional juga memiliki tantangannya tersendiri dalam proses transisi," kata Yusrizki.

Selain itu, ujar Yusrizki, banyak perusahaan yang sebetulnya ingin melakukan dekarbonisasi industri belum memperoleh informasi yang memadai serta pengetahuan terkait proses transisi energi dan akses kepada energi bersih.

"Yang belum banyak disadari oleh stakeholder (pemangku kepentingan) bisnis nasional adalah perubahan tatanan bisnis dan investasi global (terkait dekarbonisasi) yang akan sangat berdampak kepada pelaku usaha dalam negeri," kata Yusrizki.

Persyaratan Baru

Saat ini, berbagai investor mulai menetapkan persyaratan baru dalam pengambilan keputusan investasi. Misalnya akses kepada energi bersih, kadar emisi dalam jaringan kelistrikan nasional, dan poin-poin terkait mitigasi bencana alam.

"Singkatnya, investor dan perusahaan multinasional tidak mau berinvestasi di negara-negara dengan emisi karbon yang tinggi. Ini akan sangat mempengaruhi penanaman modal asing atau Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia, baik investasi baru maupun investasi yang saat ini masih berjalan," katanya.

Saat ini, sebanyak 370 perusahaan multinasional bergabung dalam inisiatif global RE100 dengan komitmen menggunakan energi terbarukan secara bertahap, yaitu 60 persen di tahun 2023, 90 persen di tahun 2040, dan 100 persen di tahun 2060.

Namun, menurut data Asean Power Updates pada 2021, Indonesia masih tertinggal dalam penyediaan energi terbarukan di Asia Tenggara yaitu pada angka 14,8 persen, bandingkan dengan kapasitas di Vietnam, Kamboja, dan Thailand masing-masing sebesar 55,8 persen, 54,8 persen dan 30,3 persen.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top