Kabut Asap Beracun Selimuti Ibu Kota India
Seorang pria berjalan di jembatan penyeberangan orang saat terjadi polusi asap parah di New Delhi, India, pada Rabu (13/11). Polusi udara ini semakin parah karena kondisi suhu yang lebih dingin dan angin yang bertiup pelan telah memerangkap polutan
Foto: AFP/Money SHARMANEW DELHI - Warga ibu kota India, New Delhi, tercekik akibat kabut asap beracun yang menyelimuti pada Rabu (13/11) saat polusi udara yang memburuk melonjak melewati 50 kali batas maksimum harian yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dengan kondisi suhu yang lebih dingin dan angin yang bertiup pelan telah memerangkap polutan yang mematikan.
“Pada Rabu dini hari tingkat polutan berbahaya di sebagian wilayah perkotaan yang luas dengan penduduk lebih dari 30 juta orang mencapai 806 mikrogram per meter kubik,” menurut firma pemantau IQAir.
Jumlah tersebut lebih dari 53 kali lipat dari jumlah maksimum harian yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk partikel debu halus, partikel mikro berbahaya penyebab kanker yang dikenal sebagai polutan PM2.5 yang memasuki aliran darah melalui paru-paru.
Banyak orang di ibu kota ini tidak mampu membeli penyaring udara, juga tidak memiliki rumah yang dapat secara efektif menghalangi masuknya udara beracun. New Delhi diselimuti kabut asap pekat setiap tahunnya, yang terutama disebabkan oleh pembakaran tunggul oleh petani di daerah tetangga untuk membersihkan ladang sebelum dibajak, serta asap pabrik dan asap kendaraan bermotor.
Namun, laporan The New York Times bulan ini, yang didasarkan pada sampel udara dan tanah yang dikumpulkan selama lima tahun, mengungkap asap berbahaya juga keluar dari pembangkit listrik yang membakar tumpukan sampah tempat pembuangan sampah kota.
Para ahli yang diwawancarai surat kabar itu mengatakan bahwa tingkat logam berat yang ditemukan amat mengkhawatirkan.
Dinas Meteorologi India (IMD) mengatakan polusi telah mengurangi jarak pandang hingga 100 meter di beberapa tempat sekitar pukul 8 pagi.
“Prosedur dengan visibilitas rendah telah dirasakan di Bandara Internasional Indira Gandhi, New Delhi,” lapor operator Delhi International Airport Limited dalam sebuah postingan di platform media sosial X. “Saat pendaratan dan lepas landas terus berlangsung di Bandara Delhi, penerbangan yang tidak memiliki sistem navigasi canggih mungkin akan terpengaruh,” kata otoritas tersebut.
Putusan MA
Mahkamah Agung India bulan lalu memutuskan bahwa udara bersih merupakan hak asasi manusia yang fundamental, dan memerintahkan pemerintah pusat dan otoritas tingkat negara bagian untuk mengambil tindakan.
Namun, para kritikus mengatakan pertikaian antara politisi pesaing yang memimpin negara bagian tetangga serta antara otoritas pusat dan negara bagian, telah memperparah masalah.
WHO mengatakan bahwa polusi udara dapat memicu stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru dan penyakit pernapasan lainnya. Hal ini sangat menyakitkan terutama bagi bayi, anak-anak, dan orang tua.
Sebuah studi di jurnal medis The Lancet mengaitkan 1,67 juta kematian dini dengan polusi udara di negara terpadat di dunia itu pada tahun 2019. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Sah, KPU Surabaya Tetapkan Eri-Armuji Raih Suara Terbanyak Pilkada Surabaya
- 2 Ini Solusi Ampuh untuk Atasi Kulit Gatal Eksim yang Sering Kambuh
- 3 Perluas Pasar, Produk Halal RI Unjuk Gigi di Istanbul
- 4 Jika Rendang Diakui UNESCO, Pemerintah Perlu Buat "Masterplan"
- 5 Jangan Masukkan Mi Instan dalam Program Makan Siang Gratis
Berita Terkini
- PLN Jakarta Sabet 2 Penghargaan CSR ICA dan ISDA
- Pemerintah Kaji Percepatan Eksekusi Hukuman Mati bagi Terpidana Narkoba
- Membanggakan, UNESCO Resmi Tetapkan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda
- DPR RI: Ada Usul Pajak Barang Mewah Naik 12 Persen, Pajak yang Berguna bagi Masyarakat Diturunkan
- Teknologi AI Dorong Revolusi Industri Manufaktur di Era Digital