Jum'at, 13 Des 2024, 19:13 WIB
Jumlah Prodi STEAM Perlu Penambahan
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas, Amich Alhumami (kanan) usai Peluncuran Buku Putih Pemetaan Kebutuhan SDM, di Jakarta, Jumat (13/12).
Foto: Muhamad MarupJAKARTA - Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Amich Alhumami, menyatakan, jumlah program studi (Prodi) Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics (STEAM) perlu penambahan. Menurutnya, hal tersebut penting untuk merespons adanya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.
"Penambahan porsi program studi STEM (science, technology, engineering, arts, and mathematics) di perguruan tinggi menjadi salah satu implementasi Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045. Hal itu untuk merespon adanya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru," ujar Amrich, dalam Peluncuran Buku Putih Pemetaan Kebutuhan SDM, di Jakarta, Jumat (13/12)
Dia mengatakan, porsi prodi non-STEAM atau sosial humaniora, saat ini masih tinggi dibandingkan prodi STEWM. Sebanyak 60 persen prodi saat ini tergolong sosial humaniora sedangkan sisanya adalah prodi STEAM.
Amrich melanjutkan berdasarkan data Bappenas pada periode 2009-2022, lulusan prodi humaniora jumlahnya lebih besar dibandingkan lulusan prodi STEAM. Pada tahun 2022, terdapat 16.979 lulusan prodi sosial-humaniora dan 13.047 lulusan prodi STEAM.
"Sejak 5-7 tahun terakhir, kami sudah mulai meningkatkan porsi untuk bidang ilmu STEAM dan kalau dilihat ada tren kenaikan. Dari sisi kebijakan, itu kami moratorium untuk bidang-bidang ilmu yang sudah dianggap jenuh," jelasnya.
Dia menyebut, prodi STEAM akan diperbesar porsinya pada tahun-tahun ke depan. Meski begitu, masih ada perlindungan bagi prodi sosial humaniora yang dianggap langka dan penting, meskipun peminatnya sedikit.
"Contohnya seperti arkeologi, sejarah, sastra daerah, termasuk ilmu filologi, itu diberi proteksi," katanya.
Pengembangan Riset
Amrich mengungkapkan, penguatan prodi STEAM direncanakan untuk mendongkrak kualitas dan kuantitas riset-inovasi. Menurutnya, ketertinggalan riset Indonesia tercermin dari perbandingan rasio peneliti dengan jumlah penduduk dengan perbandingan 1.600 peneliti per satu juta penduduk.
"Sementara di Jepang ada 5.600 peneliti per satu juta penduduk dan Singapura bahkan mencapai 7.000 peneliti per satu juta penduduk," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Pengembangan Kepemimpinan dan Beasiswa Tanoto Foundation, Michael Susanto, penguatan STEAM di Indonesia memang diperlukan. Meski demikian, pengembangan softskill jufa tidak kalah penting.
Dia menambahkan, pihaknya telah bekerjasama dengan pemerintah untuk mengkaji model-model kebutuhan di industri dan perguruan tinggi. Kemudian, studi pengembangan soft skill untuk tenaga kerja industri juga telah dibuat.
"Hasil studi kami menunjukkan bahwa kompetensi soft skills mahasiswa perlu dikembangkan secara terstruktur sesuai dengan kebutuhan industri sehingga mahasiswa mampu meningkatkan potensinya dan siap kerja," terangnya.
Redaktur: Sriyono
Penulis: Muhamad Ma'rup
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 2 Kemenperin Desak Produsen Otomotif Tiongkok di Indonesia Tingkatkan Penggunaan Komponen Lokal
- 3 Jepang Siap Dukung Upaya RI Wujudkan Swasembada Energi
- 4 Irena Sebut Transisi Energi Indonesia Tuai Perhatian Khusus
- 5 Perkuat Kolaborasi, PM Jepang Dukung Indonesia untuk Jadi Anggota Penuh OECD