Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

JPF-ACT Terus Bantu Pemulihan Sektor Pertanian Pascabencana di Sigi

Foto : ANTARA/HO-ACT Sulteng

Sejumlah tim kemanusiaan ACT mendampingi dan melatih para petani di Desa Potoya Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi, Rabu (20/1). Pendampingan dan pelatihan tersebut dalam rangka membantu pemulihan sektor pertanian di Sigi pascabencana 2018. Bantuan tersebut diberikan oleh organisasi kemanusiaan internasional Japan Platform (JPF) melalui Peace Winds Japan (PWJ) bekerjasama dengan ACT.

A   A   A   Pengaturan Font

Sigi - Organisasi kemanusiaan internasional Japan Platform (JPF) melalui Peace Winds Japan (PWJ) bekerja sama dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus membantu pemulihan sektor pertanian di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang terdampak bencana tahun 2018.

"Pemulihan yang kami lakukan dengan mendampingi 432 petani dalam program JPF4 yang dilakukan sejak Oktober 2019 hingga sekarang meliputi pemberian bibit hortikultura kualitas terbaik dan pendampingan pengolahan lahan agar kualitas hasil panen petani bagus," kata Person in Charge (PIC) Program ACT Muh. Jakfar kepada ANTARA di Sigi, Minggu.

Tidak sampai di situ, lanjutnya, 432 petani yang menggantungkan hidupnya di lahan pertanian seluas 216 ha itu juga diberi bantuan dua buah sumur dalam dan tiga buah sumur dangkal agar lahan pertanian milik mereka yang ditanami padi dan berbagai tanaman holtikuktura dapat teraliri air.

Mengingat irigasi terbesar di kabupaten itu yakni irigasi Gumbasa rusak berat saat bencana terjadi dan kini masih dalam tahap perbaikan, makabanyak lahan pertanian warga yang bergantung dari air irigasi tersebut kini kering keronta. Ratusan petani tersebut berada di enam desa yaitu Desa Jono Oge, Desa Potoya, Desa Kota Pulu, Desa Soulowe dan Desa Sidera.

"Bibit hortikultura yang kami berikan di antaranya bibit tanaman jagung, kangkung, tomat, kacang panjang maupun sawi. Kami juga melatih mereka meracik dan membuat pupuk kompos dan pestisida alami agar mereka tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membeli pupuk maupun pestisida,"ujarnya.

Jakfar menyatakan pendampingan tersebut terus dilakukan hingga para petani dapat mandiri dan lahan pertanian mereka kembali produktif.

Tujuannya agar mata pencaharian utama mereka yang sebelumnya hilang saat bencana gempa dan likuefaksi yaitu bertani dapat kembali pulih melalui pendampingan dan pelatihan tersebut.

Sementara itu Kepala Cabang ACT Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Nurmarjani Loulembah mengatakan salah satu alasan utama dipilihnya petani di Kabupaten Sigi sebagai sasaran penerima bantuan dan pendampingan tersebut karena kabupaten itu merupakan lumbung pangan dan penghasil beras di Sulteng dan terdampak parah akibat bencana 2018.

"Ini juga bentuk komitmen kami bersama Pemerintah Kabupaten Sigi untuk membantu proses pemulihan pasca bencana 2018 utamanya di sektor pertanian. Sampai saat ini ACT masih terus membersamai pemerintah daerah setempat dan para petani yang terdampak bencana di sana,"ucapnya.

Nurmarjani menyatakan masih banyak lahan pertanian milik petani di Sigi yang hingga kini masih rusak dan butuh bantuan sumur sehingga ia berharap program yang dilakukan oleh JPF melalui PWH bekerja sama dengan ACT dapat terus berlanjut.

"Sebelumnya juga sudah ada bantuan 26 sumur produktif bantuan JPF melalui PWJ bekerjasama dengan ACT yang diberikan nama program bantuan JPF3 yang kami laksanakan pada tahun 2019 hingga 2020," tambahnya.

Sumur-sumur tersebut dibuat untuk mengairi lahan pertanian milik petani di Desa Sidondo, Desa Sibowi dan Desa Maranata.


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top