Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Jibaku Tukang Kebun di Kamboja Demi Selamatkan Angkor Wat

Foto : AFP/TANG CHHIN Sothy

Tugas Penyelamatan - Sejumlah anggota tim tukang kebun bersiap memanjat puncak menara candi Angkor Wat, Kamboja, pada 12 Oktober lalu. Dengan bermodalkan tangga dan peralatan keselamatan seadanya, para tukang kebun ini memiliki tugas mencabuti tumbuhan yang tumbuh di bagian luar candi.

A   A   A   Pengaturan Font

Bermodal tekad dan sejumlah tangga, Chhoeurm Try, seorang tukang kebun, setiap harinya harus mempertaruhkan nyawa saat meniti menuju setiap puncak menara yang menjulang dari bagian luar candi Angkor Wat demi menyelamatkan salah satu warisan keajaiban dunia yang ada di sebelah utara Kota Siem Reap, Kamboja, itu.

Tugas Try, 50 tahun, sebenarnya amat mudah yaitu untuk mencabuti tumbuhan yang berkembang biak diantara celah batu sebelum merusak fasad dari candi kuno di situs arkeologi itu.

Namun selama dua dekade, Try telah menekuni tugas itu bersama anggota tim lainnya. Ditengah terpaan terik matahari atau terpaan hujan, Try kerap melakukan pemanjatan yang berbahaya itu tanpa alas kaki ke puncak menara candi yang amat curam dan memiliki ketinggian 65 meter.

"Jika kami melakukan kesalahan, maka kami tidak akan selamat," kata Try usai membersihkan salah satu puncak menara candi yang menjulang tinggi pada pertengahan Oktober lalu.

Walau berisiko tinggi, Try pantang mundur karena ia menyadari tugasnya untuk mencabuti akar tumbuhan merupakan sebuah perjuangan yang tak ada habisnya melawan alam. "Jika dibiarkan, maka tumbuhan bisa tumbuh lebih besar dan akarnya akan masuk ke dalam serta menyebabkan batuan candi akan roboh," terang dia.

Melestarikan puluhan candi di kompleks situs arkeologi Angkor Wat adalah pekerjaan yang rumit sepanjang tahun yang dilakukan oleh tim yang beranggotakan 30 orang saja.

Situs warisan dunia ini sendiri merupakan monumen yang berasal dari abad ke-9 hingga ke-15, dan merupakan destinasi wisata paling populer di Kamboja sebelum terjadi pandemi virus korona yang menghentikan bisnis sektor pariwisata global.

"Kami mencintai tugas ini dan ingin melestarikan candi," tutur Try. "Jika kita tidak melestarikannya, maka generasi muda tidak akan mendapat kesempatan untuk menyaksikannya," imbuh dia.

Tak Gampang

Dengan perkakas seadanya dan helm keselamatan sebagai satu-satunya alat penyelamat, tim tukang kebun kerap melakukan tugasnya dengan disaksikan tatapan mata turis yang berkunjung. "Ketika turis lokal dan internasional melihat kami memanjat candi, apa yang kami kerjakan tampak mengerikan bagi mereka dan mereka mengira bahwa teknik yang kami kerjakan bukanlah hal yang profesional," ucap ketua tim tukang kebun di Angkor Wat bernama Ngin Thy.

Menggunakan tali dan peralatan panjat tebing tak bisa diterapkan di Angkor Wat karena semua itu akan merusak profil yang terpahat pada batu candi, sementara jika menggunakan perancah butuh waktu lama untuk mendirikan maupun membongkarnya.

"Semua alat itu hanya menimbulkan masalah bagi kami. Lebih aman bagi kami menggunakan tangga dan memanjat untuk memotong tumbuhan," papar Thy.

Tak semata mencabuti tumbuhan yang menempel di bagian luar Angkor Wat, para tukang kebun juga kerap menghadapi tantangan seperti harus bisa merangkak pada bagian celah sempit dari candi atau mengitari patung dengan berusaha semaksimal mungkin agar tak menyentuhnya.

"Namun itu belum seberapa. Tugas menyusun kembali tumpukan batu merupakan pekerjaan yang lebih sulit," tutur Try sembari menceritakan bahwa dirinya nyaris terpeleset jatuh beberapa tahun yang lalu ketika sebuah batu menimpa kepalanya dan membuat helm yang dikenakannya pecah menjadi dua.

Dimata beberapa turis lokal dan biksu Buddha, apa yang dilakukan tim tukang kebun itu merupakan pengabdian yang mengagumkan. "Mereka sangat berani," ucap turis bernama Roth Veasna yang sempat menahan napas saat melihat seorang pekerja dengan amat lincah menaiki tangga saat memanjat salah satu puncak menara candi dengan bantuan rekan-rekannya.

Sementara itu salah satu anggota tim tukang kebun yang sedang menjalani masa magang dan baru bergabung tahun lalu bernama Oeurm Amatak, 21 tahun, mengaku bahwa dirinya masih memiliki nyali untuk memanjat semua puncak menara candi yang ada di Angkor Wat, namun ia bertekad untuk mempertahankan pekerjaannya ini.

"(Karena) orang lain enggan melakukan pekerjaan ini sebab amat berisiko," kata Amatak. "Anda benar-benar harus menyukainya, karena pekerjaan ini bukan untuk sembarangan orang," pungkas dia. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top