Selasa, 04 Mar 2025, 12:10 WIB

Jet Tempur Filipina Hilang Saat Operasi 'Taktis'

Angkatan Udara Filipina (PAF) mendapatkan dua Pesawat Latih Tempur FA-50PH “Fighting Eagle” baru pada 26 April 2017.

Foto: Philstar/PAF via Facebook

MANILA - Jet tempur FA-50 Filipina dan dua awaknya hilang saat terbang dari sebuah pangkalan dekat kota Cebu, kata pejabat angkatan udara Selasa (4/3).

Jet tersebut kehilangan kontak dengan jet tempur lain dalam penerbangan "beberapa menit sebelum mencapai daerah target", kata Angkatan Udara Filipina (PAF) dalam sebuah pernyataan. 

Juru bicara Angkatan Udara Kolonel Consuelo Castillo mengatakan kepada wartawan, ini adalah "insiden besar pertama yang melibatkan" skuadron FA-50S miliknya, yang sebelumnya telah digunakan dalam latihan di atas Laut Tiongkok Selatan yang disengketakan.

Filipina memiliki selusin pesawat tempur yang dibeli dari Korea Selatan dalam dekade terakhir.

Castillo mengatakan jet tersebut tengah terbang "di atas daratan" dalam perjalanan menuju daerah sasarannya ketika hilang selama "operasi taktis malam hari untuk mendukung pasukan darat kami".

Dia menolak untuk memberikan keterangan mengenai sifat atau lokasi pasti dari misi tersebut, yang menyebabkan pesawat tempur itu diterbangkan dari Pangkalan Udara Mactan–Benito Ebuen. 

Pangkalan tersebut berbagi landasan pacu dengan bandara di Cebu, kota terbesar kedua di Filipina. 

"Kami berharap masih bisa menyelamatkan pesawat dan awaknya," katanya. "Kami sangat optimistis mereka selamat."

Dalam sebuah pernyataan, Angkatan Udara mengatakan pihaknya "melaksanakan operasi pencarian yang ekstensif dan menyeluruh, dengan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia, untuk menemukan pesawat jet tempur yang hilang."

FA-50 telah ambil bagian dalam patroli udara gabungan dengan sekutu Amerika Serikat di atas Laut Tiongkok Selatan, tempat Tiongkok dan Filipina terlibat dalam konfrontasi yang semakin menegangkan atas terumbu karang dan perairan.

Beijing mengklaim hampir keseluruhan jalur perairan penting tersebut, yang dilalui perdagangan bernilai triliunan dollar setiap tahunnya, meskipun ada putusan Den Haag yang menyatakan pernyataan tersebut tidak memiliki dasar hukum.

Media lokal Inquirer melaporkan pada bulan Januari, pemerintah Filipina sedang mempertimbangkan untuk membeli 12 FA-50 lagi.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan: