Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pandemi Covid-19 I Kontraksi Dua Kuartal Berturut-turut

Jepang Tergelincir ke Jurang Resesi

Foto : KAZUHIRO NOGI / AFP

MENYEBERANG JALAN I Warga sedang menyeberang jalan di Tokyo, Jepang, Senin (18/5). Kebijakan lockdown yang dilakukan sejumlah negara untuk menahan penyebaran virus korona menghancurkan rantai pasokan dan menghantam pengiriman barang-barang Jepang.

A   A   A   Pengaturan Font

TOKYO - Perekonomian negara Jepang pada kuartal I-2020 tergelincir ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam 4,5 tahun. Kondisi ini menempatkan Jepang ke jalur kemerosotan terdalam pascaperang ketika krisis virus korona menghancurkan bisnis dan daya beli konsumen.

Dari data resmi Senin (18/5), ekonomi terbesar ketiga dunia itu berkontraksi 0,9 persen pada kuartal-I 2020 (quartal-to-quartal/qtq)

Penurunan produk domestik bruto (PDB) di kuartal ini mengikuti pertumbuhan 1,9 persen di kuartal-IV tahun 2019 lalu. Tahun lalu ekonomi Jepang terhantam kenaikan pajak dan bencana topan.

Konsumsi swasta turun 0,7 persen. Sementara belanja modal turun 0,5 persen dan ekspor turun 6,0 persen.

Meski demikian, hasil ini lebih baik dari perkiraan ekonom. Sebelumnya kontraksi diperkirakan 1,1 persen. Sementara secara year on year/ yoy, ekonomi berkontraksi 3,4 persen pada kuartal ini. Sebelumnya di Oktober-Desember 2019, ekonomi turun 7,3 persen.

Warga Jepang positif Covid-19 mencapai 16 ribu orang dengan 750 kematian.

Jatuhnya ekonomi negara ini ditandai dengan ekspor yang anjlok, terbesar sejak gempa bumi Maret 2011. Dampak korona pada perusahaan Jepang cukup serius setelah ekspor ambles 6,0 persen di periode Januari-Maret, penurunan terbesar sejak April-Juni 2011.

Kebijakan lockdown yang dilakukan sejumlah negara juga menghancurkan rantai pasokan dan menghantam pengiriman barang-barang Jepang.

Analis memperingatkan gambaran yang lebih suram untuk kuartal II-2020 karena konsumsi runtuh setelah pemerintah pada bulan April meminta warga untuk tinggal di rumah dan bisnis untuk tutup.

"Sudah hampir pasti ekonomi mengalami penurunan lebih dalam pada kuartal saat ini, Jepang telah memasuki resesi besar-besaran," kata Direktur Peneliti Ekonom dari Meiji Yasuda Research Institute.

Kontraksi selama dua kuartal berturut-turut sudah memenuhi definisi teknis dari resesi. Terakhir kali Jepang mengalami resesi adalah di paruh kedua 2015. Kemuraman di Jepang diperkirakan akan semakin dalam beberapa bulan mendatang.

Penurunan Terbesar

Analis memperkirakan, ekonomi Jepang akan menyusut 22,0 persen secara tahunan pada kuartal II-2020. Ini akan menjadi penurunan terbesar dalam catatan, dengan tekanan pada output yang meningkat setelah PM Shinzo Abe mengumumkan keadaan darurat nasional di tengah peningkatan infeksi virus korona pada bulan April lalu. Keadaan darurat telah dicabut untuk sebagian besar wilayah pada Kamis (14/5), tetapi tetap berlaku untuk beberapa kota besar termasuk Tokyo.

Konsumsi swasta, yang menyumbang lebih dari setengah ekonomi Jepang sebesar lima triliun dollar AS tergelincir 0,7 persen pada Januari-Maret. Realisasi ini memang lebih baik dibanding perkiraan pasar untuk penurunan 1,6 persen karena permintaan yang kuat untuk makanan dan kebutuhan sehari-hari sebagian mengimbangi dampak pada pengeluaran layanan. Namun, itu menandai penurunan kuartal untuk kedua kalinya secara berturut-turut. n AFP/SB/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top