Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Semenanjung Korea I Angkatan Laut Amerika Serikat Perkuat Armada di Asia

Jepang akan Tingkatkan Sistem Misil Pertahanan

Foto : REUTERS/Franck Robichon

Rundingkan Keamanan l Kepala Operasional Angkatan Laut Amerika Serikat, Laksamana John Richardson (kiri), disambut oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, sebelum dimulai perundingan di kediaman resmi PM Jepang di Tokyo, Jepang, Senin (18/12). Adapun isi perundingan Richardson-Abe untuk membahas isu keamanan yang terkait dengan ancaman program persenjataan Korea Utara yang pembangunannya semakin intensif.

A   A   A   Pengaturan Font

Mengantisipasi semakin intensnya program persenjataan Korea Utara, pemerintah Jepang mengambil langkah tegas untuk meningkatkan sistem misil pertahanannya dengan membeli sistem misil penangkis Aegis buatan Amerika Serikat.

TOKYO - Naiknya ancaman dari pemerintah Korea Utara (Korut) telah mendesak pemerintah Jepang untuk memperluas sistem pertahanan misil balistiknya. Pada Selasa (18/12) waktu setempat, Tokyo secara resmi mengumumkan perluasan sistem pertahanan itu dengan memakai peluncur misil pencegat yang diperlengkapi sistem radar Aegis buatan Amerika Serikat (AS).

Proposal untuk membangun dua unit peluncur Aegis Ashore, sudah disetujui oleh kabinet pimpinan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe. Aegis Ashore adalah unit peluncur misil penangkis versi daratan buatan perusahaan alutsista Lockheed Martin. Pembangunan unit peluncur Aegis Ashore tanpa diperlengkapi misil, diperkirakan akan memakan biaya setidaknya 2 miliar dollar AS dan baru bisa beroperasional paling cepat pada 2023.

"Perkembangan misil Korut telah memasuki sebuah level baru yang mengancam Jepang dan seperti yang telah dilakukan di masa lalu, kami akan memastikan untuk mempertahankan diri dengan sebuah kemajuan yang sangat pesatdalam sistem pertahanan misil balistik," kata Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera.

Keputusan Tokyo untuk memperoleh versi daratan dari sistem pertahanan misil Aegis, sebetulnya sudah lama dinanti-nanti menyusul semakin gencarnya provokasi dari Pyongyang. Versi sistem pertahanan Aegis yang disematkan di kapal perang, sudah dimiliki oleh Angkatan Laut Jepang.

Dua unit peluncur misil penangkis Aegis baru ini kemungkinan belum dilengkapi dengan radar penuh atau yang dijuluki Spy-6 karena sedang dikembangkan oleh AS. Tanpa Spy-6, Tokyo sulit memenuhi keinginannya untuk memperluas jangkauan misil pencegat yang baru, yakni SM-3 Block IIA, yang memakan biaya sekitar 300 juta dollar AS per unit.

Di tempat terpisah, Menhan Onodera menjelaskan pada Desember ini pihaknya akan memperoleh misil dengan jarak tembak menengah yang bisa ditembakkan dari jet tempur F-15 dan F-35. Misil ini akan dipergunakan untuk menangkis setiap serangan misil saat masih ada di wilayah Korut.

Sebelumnya pada 29 November lalu, Pyongyang melakukan sebuah uji coba misil balistik berkekuatan besar dan diklaim bisa menghantam wilayah daratan AS, termasuk Washington Dc. Uji coba misil balistik itu terbang di wilayah udara pertahanan Jepang. Misil balistik Korut itu berhasil mencapai ketinggian lebih dari 4.000 kilometer, diatas jangkauan misil-misil pencegat yang ditempatkan di kapal-kapal perang milik AL Jepang yang beroperasi di Laut Jepang.

Kerahkan Armada

Sementara itu, Kepala Operasional Angkatan Laut AS, Laksamana John Richardson, mengatakan beberapa kapal perang dari wilayah Pasifik timur akan dikerahkan untuk memperkuat kekuatan Angkatan Laut AS di Asia menyusul naiknya ancaman di kawasan dan insiden-insiden yang telah melemahkan kekuatan maritim AS. Richardson belum mau merinci kapan atau bagaimana kapal-kapal tersebut akan dikerahkan.

"Kami akan terus memastikan bahwa kami melaksanakan seluruh misi kami di kawasan Asia Pasifik," kata Richardson dalam pernyataan pers di atas kapal induk USS Ronald Reagan yang saat ini berada di perairan Jepang.

Naiknya ancaman dari Korut ditambah operasi-operasi militer untuk menandingi kekuatan militer Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan (LTS) dan wilayah-wilayah lain di Asia, telah meningkatkan beban pada AS.

Tekanan semakin besar pada awak yang disalahkan karena telah membuat serangkaian kecelakaan yang melibatkan kapal-kapal Angkatan Laut pada tahun ini, termasuk tabrakan oleh dua kapal perusak dengan kapal-kapal pedagang yang menewaskan 17 pelaut AS.uci/Rtr/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top