Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 09 Mar 2020, 09:26 WIB

Jalan Panjang Kembalinya Keris Naga Siluman

Keris Naga Siluman

Foto: DOK. KOLEKSI SRI MARGANA

YOGYAKARTA - Keris milik Pangeran Diponegoro yang diyakini sebagai Keris Naga Siluman telah kembali ke pangkuan ibu pertiwi dengan dise rahkannya keris tersebut dari pemerintah Belanda ke pemerintah Indonesia di Museum Nasional pada Kamis (5/3).

Pada akhir pekan lalu, sejarawan UGM, Sri Margana yang merupakan anggota Tim Verikasi Keris Pangeran Diponegoro kepada wartawan mengungkapkan bagaimana kisah keris tersebut hingga kembali ke Indonesia.

Museum Volkenkunde di Leiden, sudah lama mencoba mencari Keris Diponegoro yang ada di koleksinya sejak tahun 1984. Orang pertama yang melakukan upaya ini adalah Pieter Pott, kurator museum dan kemudian menjadi Direktur Museum, kemudian diikuti oleh Prof. Susan Legene dari Frije Universiteit Amsterdam, Johanna Leifeldt (1917) dan Tom Quist (2019).

"Dari penelitian empat peneliti itu ditemukan ada tiga keris yang diduga milik Pangeran Diponegoro. Tahun 2019 peneliti lain Tom Quist sepakat dengan pendapat Johanna Leifeldt bahwa dua keris yang lain yang ditemukan oleh Pieter Pott dan Susan Legense dipastikan bukan keris Pangeran Diponegoro," papar Sri Margana.

Kepastian bahwa keris Diponegoro ada di Belanda, menurut Margana, dibuktikan dari tiga dokumen penting, yaitu korespondensi antara De Secretaris van Staat dengan Directeur General van het department voor Waterstaat, Nationale Nijverheid en Colonies antara tanggal 11-15 Januari 1831.

Dalam korespondensi itu disebutkan bahwa Kolonel J.B. Clerens menawarkan kepada Raja Belanda Willem I sebuah keris dari Diponegoro. Keris itu kemudian disimpan di Koninkelijk Kabinet van Zelfzaamheden (KKVZ). Setelah itu pada tahun 1883 keris ini keserahkan ke Museum Volkenkunde Leiden.

Dokumen kedua adalah kesaksian dari Sentot Prawirodirjo yang ditulis dalam Bahasa Jawa kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Belanda. Dalam surat itu Sentot menyatakan bahwa ia melihat sendiri Pangeran Diponegoro menghadiahkan Keris Kyai Naga Siluman kepada Kolonel Clerens.

Dokumen ketiga adalah catatan dari Raden Saleh, pelukis yang pernah tinggal di Belanda dan melukis penangkapan Pangeran Diponegoro. Catatan Raden Saleh ini dituliskan di bagian sisi kanan surat kesaksian Sentot Prawirodirjo. Dalam catatan itu Raden Saleh yang telah melihat dengan mata kepala sendiri keris itu di Belanda menjelaskan makna Keris Naga Siluman dan ciri-ciri sik keris itu.

"Dari ketiga dokumen itu para peneliti di Belanda yakin bahwa keris koleksi Museum Volkenkunde Leiden dengan nomor seri 360-8084 lah yang dianggap paling mendekati dengan kesaksian tiga dokumen itu," jelas Margana.

Pada bulan Januari 2020 Tim verikasi dari Viena Austria, Dr. Habil Jani Kuhnt-Saptodewo yang diminta menveri kasi temuan tim Belanda itu menyatakan yakin bahwa Tom Quist dan Johanna Leijfeldt telah menghadirkan dokumen dan arsip arsip yang meyakinkan untuk menyatakan bahwa keris itu milik Pangeran Dipnegoro. YK/AR-3

Penulis: Eko S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.