Sabtu, 11 Jan 2025, 11:10 WIB

Jajaki Kerja Sama Ekonomi, Kadin akan Berkunjung ke India dan Pakistan

Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie pada acara "Kadin Economic Diplomacy (KED) Breakfast" di Jakarta, Jumat (10/1/2025).

Foto: ANTARA/HO-Kadin Indonesia

JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pada Januari 2025 akan mengunjungi dua negara Asia Selatan, India dan Pakistan, untuk menjajaki kerja sama ekonomi.

Kunjungan tersebut setelah menghadiri World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, dan berkunjung ke India dan Pakistan.

"Kami sudah bertemu dengan kedua duta besarnya (India dan Pakistan), dan bagaimana Kadin yang mewakilkan dunia usaha bisa bersama-sama memastikan bukan saja relasi yang baik antar-pemerintah, tapi juga dari bisnis ke bisnis,” kata Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (11/1).

Anin, sapaan akrab Anindya Bakrie, menuturkan bahwa rombongan Kadin Indonesia akan tiba di India pada tanggal 24 Januari 2025 untuk mempersiapkan acara forum bisnis yang direncanakan pada 25-26 Januari 2025. Kadin akan fokus pada industri-industri seperti kesehatan, ketahanan energi, lalu ketahanan pangan, sampai pada sektor teknologi dan pertahanan.

"Nah, ini merupakan suatu yang menarik karena pada tanggal 26 (Januari 2025), Pak Presiden (akan) hadir sebagai tamu kehormatan di Republic Day India,” ujar Anin.

Dia melanjutkan, pada tanggal 27-28 Januari 2025, rombongan Kadin akan melakukan lawatan di sekitar ibu kota New Delhi untuk melihat pabrik susu, industri kesehatan, rumah sakit, sampai juga ke industri otomotif. Selain itu, rombongan Kadin juga akan mengunjungi Taj Mahal untuk meninjau sektor pariwisata di sana.

"Kami juga akan melibatkan teman-teman dari Kadin Provinsi (dalam kunjungan ke India). Kami ingin menggambarkan bahwa Kadin itu bukan saja untuk perusahaan besar, tapi juga untuk perusahaan-perusahaan daerah untuk bisa terlibat, termasuk untuk membuka pasar, mendapatkan investasi dari India yang saya rasa secara historis, secara kultural, mempunyai sejarah panjang dengan Indonesia," jelasnya.

India dan Indonesia, lanjut Anin, adalah negara yang diprediksikan di dalam waktu 15-20 tahun ke depan menjadi negara dengan ekonomi terbesar. India diprediksi akan menjadi negara ekonomi nomor 4 terbesar di dunia, dan Indonesia menjadi nomor 5 terbesar di dunia.

"Nah, sehingga hubungan dengan India sangat menguntungkan. Bukan saja dari ekspor kita yang perlu lebih besar lagi, dan sekarang kita surplus, tapi masih bisa lebih besar lagi, tapi juga dari sisi investasi. Baik dari India ke Indonesia, maupun dari Indonesia ke India," kata Anin.

"Tipenya (India dan Indonesia) sama, demokratis, banyak sekali penduduknya, dan juga mesti disejahterakan semuanya. Sehingga untuk bisa memulai hubungan baik secara diplomatis, secara bisnis-bisnis besar, maupun bisnis yang bersifat kerakyatan. Seperti contohnya ketahanan pangan, itu mereka juga cukup maju, tentunya juga dengan ketahanan energi, lalu ketahanan kesehatan dan pendidikan. Itu semua adalah bidang-bidang yang sama dengan Indonesia, sangat dibutuhkan," terangnya.

Rencananya, selain ke India, rombongan Kadin juga akan melakukan perjalanan bisnis ke Pakistan. Menurut Anin, Pakistan adalah negara yang cukup menarik. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Pakistan di Jakarta.

"Duta Besar Pakistan (Ameer Khurram Rathore) sudah berkunjung ke Kantor Kadin Indonesia. Dari Kadin juga sudah siap, kita memastikan dari bisnis ke bisnis, antar-bisnis itu jalan, dan yang menarik di sana sangat kuat industri dari sisi pertahanan yang kita tahu ini merupakan sebuah industri besar," kata Anin usai acara "Kadin Economic Diplomacy (KED) Breakfast" di Jakarta, Jumat (10/1).

Sementara itu, dalam acara KED Breakfast dibahas mengenai partisipasi Indonesia di BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa), yang sudah diresmikan menjadi anggota penuh BRICS.

Dengan jumlah penduduk yang sangat besar dari gabungan negara Brasil, Rusia, India dan Afrika Selatan, jumlah populasi penduduknya sudah lebih dari 2 miliar orang. Dengan jumlah ekonominya diperkirakan mencapai hampir 10 triliun dolar AS. Angka tersebut besar baik dari jumlah penduduk maupun ekonomi.

Dengan demikian, Anin mengatakan Indonesia memiliki suatu peluang untuk membuka akses pasar, untuk berdagang, dan untuk berinvestasi dengan negara-negara yang tergabung dalam BRICS.

"Saya rasa inilah alasan Pak Prabowo melihat (BRICS) ini sebagai peluang. Sebagai negara yang tidak berpihak, kita mesti pandai-pandai untuk memainkan peran kita, terutama dengan negara besar seperti Amerika Serikat (AS). Tapi secara konsep, Indonesia mesti mempunyai suatu pasar alternatif. Karena kita tahu bahwa China itu melambat, sementara AS akan fokus pada industri domestik,” jelasnya.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: Lili Lestari

Tag Terkait:

Bagikan: