Pengekspor Buah yang Sukses
Foto: Universitas Harvard CambridgeKisah dan istilah republik pisang (banana republic) kian populer berkat kampanye oleh sebuah perusahaan bernama Boston Fruit Company yang didirikan Lorenzo Dow Baker. Sebelum mendirikan perusahaan ini pada tahun 1870, ia merintis usaha dengan membeli 160 ikat pisang di Jamaika dan menjualnya di Kota Jersey, Amerika.
Pendirian Boston Fruit Company mendapatkan dukungan pengusaha Boston pada tahun 1885. Perusahaan ini bergabung dengan perusahaan lain dalam perdagangan pada tahun 1899 yang kemudian bernama United Fruit Company.
Sebelum dia mengirimkan buah ini ke Amerika utara secara reguler, buah ini merupakan makanan langka dan mahal. Kelompok ini memicu minat publik dan segera setelah itu, inovasi dalam transportasi membuat pengangkutan pisang menjadi usaha yang jauh lebih layak dan menguntungkan.
Dengan modal dan sumber daya yang diperoleh dalam penggabungan tersebut memungkinkan United Fruit untuk mengkonsolidasikan kepemilikan dari seluruh wilayah. Perusahaan ini memiliki perkebunan untuk menghasilkan tanaman dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengangkutnya.
Perusahaan ini memegang kendali besar atas industri impor buah, hampir seperti monopoli. United Fruit berkembang melampaui produk tunggal dengan menawarkan pelayaran di kapal uap perusahaan, mendirikan stasiun radio dan telegraf, dan membangun rel kereta api.
Pemerintah Guatemala bahkan mengontrak perusahaan tersebut untuk mengelola layanan pos mereka pada tahun 1901. Pada tahun 1930, United Fruit bernilai lebih dari 200 juta dollar AS dan memiliki 3,5 juta hektare lahan.
Aaron Stoyack, sejarawan, lulusan Universitas West Chester pada laman The Collector menulis bahwa kepemilikan sebagian besar lahan komunikasi, pertanian, dan transportasi negara tersebut meningkatkan keuntungan dan ketergantungan pada perusahaan asing.
Sekolah, rumah sakit, serta fasilitas air bersih merupakan beberapa layanan lain yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Pembangunan ini juga merusak peluang perusahaan domestik yang tidak dapat bersaing dengan layanan ini.
“Terkadang, pengusaha melarang buruh meninggalkan kamp tempat mereka bekerja atau membayar upah dalam mata uang yang hanya berlaku di toko-toko perusahaan. Perusahaan imperialis jarang menginvestasikan kembali keuntungan mereka ke negara-negara tersebut,” tulis Stoyack.
Amerika Serikat pun campur tangan dalam urusan negara-negara ini, mendukung presiden yang bersahabat dengan kepentingan AS. Marinir melakukan invasi dan pendudukan untuk melindungi kepentingan finansial Amerika. Revolusi dan kekacauan politik yang sering terjadi berdampak besar pada warga yang terkena dampak dan kepercayaan mereka pada lembaga pemerintah.
Para pekerja menghadapi penindasan dengan perlawanan seperti melakukan mogok kerja nasional yang terkadang berakhir dengan pertumpahan darah. United Fruit pernah mengklaim bahwa pemogokan di perkebunan mereka di Colombia pada tahun 1928 adalah gerakan komunis. Oleh karenanya AS menuntut agar Colombia menghentikan pemogokan itu sendiri atau menghadapi risiko invasi.
“Tentara Colombia membunuh ratusan pekerja dalam tindakan keras tersebut. Dukungan untuk gerakan buruh tumbuh pada tahun 1930-an karena pemerintah nasional ingin mendapatkan kembali kendali atas keuangan negara mereka,” ungkap Stoyack.
Ketidakstabilan politik terus berlanjut dalam kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh kemunduran pemerintahan yang pro-kolonial. Bahkan setelah periode republik pisang, beberapa negara Amerika tengah seperti Guatemala dan negara-negara lain masih menderita pelanggaran hak asasi manusia yang berasal dari sejarah eksploitasi mereka.
Namun sejak tahun 2000, negara-negara Amerika tengah telah membuat langkah maju ketika mereka telah meningkatkan angka literasi dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Secara ekonomi, bisnis di berbagai industri memfasilitasi perdagangan dan menciptakan kesempatan kerja.
“Pemilihan umum yang bebas dan aman sebagian besar memastikan transisi kekuasaan yang damai. Negara-negara ini terus berkembang dan maju meskipun ada peninggalan imperialisme,” kata Aaron Stoyack. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Dorong Industrialisasi di Wilayah Transmigrasi, Kementrans Jajaki Skema Kerja Sama Alternatif
- 2 Tak Sekadar Relaksasi, Ini 7 Manfaat Luar Biasa Terapi Spa untuk Kesehatan
- 3 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 4 J-Hope BTS Rilis Musik Baru Maret Tahun Ini
- 5 7 Manfaat Luar Biasa Terapi Biofeedback untuk Kesehatan
Berita Terkini
- Kasus Perundungan Ivan Sugianto Dilimpahkan ke Kejari Surabaya
- Lima Inspirasi Seru untuk Rayakan Tahun Baru Imlek
- Terendah di Indonesia, Harga Serapan Gabah di Sumsel Anjlok
- Memanas Hubungan Kedua Negara Ini, Kanada Siapkan Tarif Impor Balasan untuk Trump
- Renovasi Rumah Wujud Harapan Akan Kehidupan yang Lebih Baik