Inovasikan Nanofluida, Mahasiswa ITS Dongkrak Pemanfaatan Energi Geotermal
Anggota tim PKM-RE ITS saat menyintesis nanofluida core-shell ZnO@TiO2.
Foto: IstimewaSURABAYA - Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi baru. Tidak tinggal diam, tim Program Kreativitas Mahasiswa - Riset Eksakta (PKM-RE) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menginovasikan nanofluida yang mampu meningkatkan produktivitas ekstraksi energi panas bumi menjadi energi listrik hingga 21,3 persen.
Lebih rinci, anggota tim PKM-RE ITS Wury Handayani menjelaskan, nanofluida yang dikembangkan timnya ini merupakan cairan berbasis air yang mengandung partikel nano inti seng oksida (ZnO). Partikel tersebut dipilih karena dikenal konduktivitas termalnya yang tinggi sehingga sangat efektif dalam mentransfer panas. “Namun, partikel tersebut mudah mengendap sehingga kami menambahkan dua lapisan titanium dioksida (TiO2) untuk meningkatkan stabilitas nanofluida,” tambahnya.
Selanjutnya, tim dari Departemen Teknik Fisika ITS ini menggunakan nanofluida tersebut dalam siklus rankine organik. Pada siklus ini biasanya dibutuhkan sebuah boiler untuk memanaskan air hingga mencapai titik didihnya 100 derajat celsius, sehingga dapat menghasilkan uap panas bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Selanjutnya, turbin yang berputar tersebut terhubung dengan generator yang menghasilkan energi listrik.
Akan tetapi, penggunaan boiler air tersebut dinilai kurang efektif karena memerlukan energi panas yang tinggi. Pasalnya, nanofluida core-shell ZnO@TiO2 ini memiliki titik didih yang relatif rendah sekitar 25 derajat celsius, sehingga dapat mempercepat penghasilan uap bertekanan tinggi. “Karena panas dari perut bumi telah cukup untuk mendidihkan nanofluida ini, kami tidak memerlukan boiler air untuk menghasilkan uap sehingga lebih efektif,” papar Wury.
Dengan memanfaatkan nanofluida tersebut sebagai pengganti air, kapasitas energi listrik yang dapat dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga uap sebesar 1,3 megawatt. Jika inovasi ini diterapkan pada ribuan sumur minyak terbengkalai di Indonesia, diperkirakan produksi listrik nasional dapat bertambah hingga 20 gigawatt. Sehingga bisa memberikan kontribusi signifikan terhadap target peningkatan porsi energi terbarukan sebesar 29,8 persen.
Tidak hanya menghasilkan riset yang berkelanjutan, tim yang terdiri dari empat mahasiswa yang baru saja bergelar sarjana tersebut telah berhasil menjuarai ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-37, Oktober lalu. Tim ini berhasil membawa pulang medali emas untuk kategori poster PKM-RE. Kejayaan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi tim karena berhasil mengharumkan nama almamater.
Terakhir, mahasiswa asal Probolinggo tersebut berharap penelitian terhadap nanofluida ini dapat dikembangkan lagi lebih lanjut. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mencapai target energi bersih. “Nanofluida menjadi solusi fluida alternatif yang lebih efisien, khususnya untuk memanfaatkan potensi sumur minyak terbengkalai di Indonesia,” pungkasnya.
Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024
- 2 Desa-desa di Indonesia Diminta Kembangkan Potensi Lokal
- 3 Kenaikan PPN 12% Bukan Opsi Tepat untuk Genjot Penerimaan Negara, Pemerintah Butuh Terobosan
- 4 Pemerintah Harus Segera Hentikan Kebijakan PPN 12 Persen
- 5 Libur Panjang, Ribuan Orang Kunjungi Kepulauan Seribu
Berita Terkini
- PGI Harap Perayaan Natal Jadi Momentum Merajut Solidaritas dan Empati di Tengah Adanya Konflik dan Bencana
- Bawaslu Bersiap Hadapi Sengketa Pilkada 2024 di MK
- Dana Desa Boleh Digunakan untuk Tangani Kedaruratan
- Naikkan Tarif Impor untuk Redam Gelombang PHK
- TMII Targetkan 250 Ribu Pengunjung pada Libur Natal