![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Inflasi Diperkirakan Kembali Naik Usai Diskon Listrik Berakhir
Stabilitas Moneter
Foto: istimewaJakarta – Inflasi diprediksi akan mengalami kenaikan setelah berakhirnya program diskon tarif listrik yang telah diberlakukan dalam dua bulan terakhir. Program ini sebelumnya memberikan keringanan bagi masyarakat dalam menghadapi tekanan ekonomi, namun dengan berakhirnya kebijakan tersebut, biaya hidup diperkirakan akan meningkat seiring dengan kenaikan tarif listrik yang kembali ke level normal.
Head of Macroeconomics and Market Research PermataBank Faisal Rachman memperkirakan, inflasi pada Maret 2025 cenderung akan kembali meningkat setelah program diskon tarif listrik berakhir pada akhir Februari 2025.
“Mungkin di Januari-Februari itu (inflasi) rendah, tetapi di Maret itu kemungkinan inflasi bisa melonjak,” kata Faisal dalam Media Briefing PIER Economic Review: FY 2024 secara virtual di Jakarta, Senin (10/2).
Seperti dikutip dari Antara, Faisal mengatakan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2025 yang terjaga rendah tersebut berada di bawah target Bank Indonesia (BI) dengan batas bawah 1,5 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi deflasi bulanan sebesar 0,76 persen month to month (mtm) pada Januari 2025. Program diskon tarif listrik menjadi penyebab utama deflasi bulanan tersebut.
Deflasi 0,76 persen mtm pada Januari tahun ini berbeda dengan tren sebelumnya di mana pada Januari biasanya tercatat inflasi karena musim hujan yang berlangsung mendorong harga pangan yang ikut melonjak.
Deflasi Januari 2025 disebabkan oleh penurunan tajam pada kelompok harga yang diatur pemerintah (administered price) dengan deflasi bulanan mencapai 7,38 persen mtm.
Berdasarkan kelompok, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi tahunan sebesar 8,75 persen yoy, dengan andil deflasi sebesar 1,39 persen.
“Secara komponen, housing, water, electricity itu terkena di deflasi 8,75 persen secara year on year (yoy) di bulan Januari, karena faktor itu (diskon tarif listrik). Tetapi kalau kita menghilangkan itu, maka memang inflasi masih akan cenderung di atas 1,5 persen. Jadi memang ini purely mostly memang karena electricity,” jelas Faisal.
Ketika tarif listrik kembali normal dan tidak ada perpanjangan kebijakan program diskon dari pemerintah, maka diperkirakan inflasi kembali meningkat.
Apalagi, bulan Ramadan jatuh pada Maret 2025 dengan permintaan yang cenderung meningkat pada periode tersebut.
Adapun kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada Januari 2025 masih mencatatkan inflasi sebesar 3,69 persen yoy, dengan andil inflasi 1,07 persen.
Secara keseluruhan, PermataBank memproyeksikan inflasi Indonesia pada 2025 akan berada di kisaran 2 persen.
Faisal juga menyoroti adanya potensi inflasi impor (imported inflation) seiring dengan tekanan yang diberikan dari pelemahan rupiah yang terus berlanjut. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan meningkatkan biaya impor bahan baku, yang pada akhirnya dapat mendorong kenaikan harga di tingkat konsumen.
Berita Trending
- 1 Anggota Komisi IX DPR RI Pastikan Efisiensi Anggaran Tak Kurangi Layanan Kesehatan Warga
- 2 Menteri Kebudayaan Fadli Zon Kunjungi Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin
- 3 Belinda Bencic Raih Gelar Pertama
- 4 Warga Kupang Terdampak Longsor Butuh Makanan dan Pakaian
- 5 Meringankan Beban Hidup, Pekerja Padat Karya Bebas Pajak Penghasilan
Berita Terkini
-
YouTube 20 Tahun Berevolusi, Siap Salip Televisi
-
Inafis Polri Identifikasi Korban Kecelakaan Speedboat di Kalimantan Utara
-
Bus Jatuh ke Jurang di Guatemala, 55 Orang Tewas
-
Presiden Prabowo Subianto Tinjau Program MBG di Bogor, Disambut Antusias Ratusan Murid
-
IHSG Selasa Pagi Dibuka Melemah 18,32 Poin