Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penyakit Menular

Indonesia Siapkan Protokol Kesehatan Sesuai Standar WHO Hadapi Mpox

Foto : ANTARA/SULTHONY HASANUDDIN

Petugas kesehatan menyosialisasikan penyakit cacar monyet atau monkeypox (mpox) pada masyarakat di Puskesmas Kedaung, Tangerang Selatan, Banten, beberapa pekan lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indonesia akan mempersiapkan protokol kesehatan sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) untuk mengantisipasi kasus cacar monyet atau monkeypox (mpox) pada Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak atau High Level Forum on Multi-Stakeholders Partnership (HLF MSP) 2024.

"Kami akan tetapkan sesuai standar WHO, misalnya pemeriksaan suhu di bandara dan tempat untuk karantina," kata Deputi bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Kementerian PPN/Bappenas, Bogat Widyatmoko, saat konferensi pers di Menara Bappenas, Jakarta, Rabu (28/8).

Seperti dikutip dari Antara, Bogat menggarisbawahi pemerintah telah banyak belajar dari kasus pandemi Covid-19, sehingga protokol kesehatan yang akan diterapkan nantinya dapat memitigasi risiko penyakit cacar monyet.

Adapun persiapan HLF MSP 2024 hingga sejauh ini telah mencapai 90 persen. Rencananya dilakukan simulasi pada 30 Agustus, yang dilanjutkan dengan gladi kotor pada 31 Agustus dan gladi bersih pada 1 September. "Seluruh lokasi sudah kami siapkan. Pembicara juga sudah siap sekitar 95 persen, hanya 5 persen yang kami masih menunggu konfirmasi," ujar dia.

Kesiapan Internet

Bogat menyebut pemerintah turut memperhatikan kesiapan infrastruktur jaringan internet dan keamanan siber.

Gelaran HLF MSP 2024 akan dilaksanakan di Bali pada 1-3 September 2024, bertepatan dengan peringatan 69 tahun Konferensi Asia Afrika atau dikenal dengan Bandung Spirit, yang mengedepankan semangat solidaritas dan kerja sama negara-negara berkembang.

Pertemuan nanti diharapkan menjadi platform yang mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dari seluruh dunia untuk bersama-sama merancang masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, sejalan dengan semangat Bandung Spirit yang telah menjadi landasan sejak 1955.

HLF MSP 2024 akan menjadi tonggak penting dalam sejarah diplomasi dan kerja sama pembangunan internasional, terutama antarnegara berkembang.

Forum ini tidak hanya akan menemukan solusi bagi kebuntuan dalam pembangunan global, tetapi juga akan memastikan semua pihak memiliki komitmen dan peran dalam memperjuangkan solusi tersebut bersama-sama.

Ketua umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), Hanny Nilasari, menjelaskan vaksin mpox hanya diberikan kepada populasi berisiko tinggi. "Ini sudah ada target khusus. Bukan untuk umum, tetapi untuk populasi khusus yang memang membutuhkan," jelas Hanny.

Lebih detail, Hanny menjelaskan kelompok yang disasar adalah LSL (lelaki berhubungan seks dengan lelaki) dengan kriteria tertentu dan orang dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Selain itu, vaksin mpox juga menyasar individu yang pernah kontak dengan penderita mpox dalam dua minggu terakhir, serta petugas laboratorium pemeriksa spesimen mpox dan petugas kesehatan yang menangani pasien mpox.

Hanny mengimbau target vaksin mpox harus mendapatkan dua dosis pada tahap pertama. Hal ini bertujuan agar vaksin tersebut dapat bekerja dengan efektif. Kementerian Kesehatan menyediakan vaksinasi sebanyak 4.450 dosis yang ditargetkan lebih dari 2.000 target sasaran masing-masing dua dosis.

Untuk DKI Jakarta sendiri, sambung Hanny, tercatat 495 vaksin yang sudah diberikan kepada populasi berisiko tinggi dari kota administrasi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur. "Dosis pertama alhamdulillah sudah tercapai 100 persen dari target yang direncanakan, tapi dosis kedua hanya 430. Ada sekitar 65 orang yang tidak tersasar untuk dosis kedua," kata Hanny.

Kendati demikian, masyarakat pun tetap diminta waspada terhadap penyakit ini. Cara pencegahan adalah dengan menghindari kontak fisik dengan orang yang memiliki ruam bernanah, menghindari kontak seksual dengan kelompok berisiko, dan menjaga sanitasi dengan rutin mencuci tangan pakai sabun.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top