Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Keamanan Nasional

Indonesia Bersatu Melawan Terorisme

Foto : koran jakarta
A   A   A   Pengaturan Font

SURABAYA - Presiden Joko Widodo mengimbau seluruh rakyat di pelosok Tanah Air tetap tenang dengan tetap menjaga persatuan dan kewaspadaan dalam menghadapi ancaman terorisme.

"Saya juga mengimbau untuk seluruh rakyat di pelosok Tanah Air agar semuanya tetap tenang menjaga persatuan dan waspada," kata Presiden Jokowi, di RS Bhayangkara Polri Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5) sore, seusai meninjau lokasi kejadian ledakan bom dan menjenguk korban.

Diperoleh informasi hingga pukul 23.00 WIB, jumlah korban tewas serangan bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya menjadi 14 tewas dan 42 luka parah.

Menyusul ledakan di Surabaya, terjadi lagi ledakan di di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, yang menyebabkan lima orang luka-luka.

Presiden menyampaikan sikap tegasnya sebagai respons atas aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya yang memakan korban.

Jokowi menegaskan bahwa terorisme hanya dapat dilumpuhkan dan diberantas dengan upaya secara bersama-sama.

"Hanya dengan upaya bersama seluruh bangsa, terorisme dapat kita berantas," katanya. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu melawan terorisme.

"Kita harus bersatu melawan terorisme, dan terakhir, marilah kita berdoa untuk para korban yang meninggal dunia.

Semoga mereka mendapatkan yang terbaik di sisi Allah SWT dan kepada keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan keikhlasan," katanya.

Pelaku Satu Keluarga

Pada kesempatan itu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan pelaku pengeboman di tiga gereja di Surabaya merupakan satu keluarga. "Serangan di gereja Jalan Arjuno menggunakan Avanza diduga keras adalah orang tuanya, bapaknya, bernama Dita Supriyanto," katanya.

Tito mengatakan Dita merupakan Ketua Jemaah Ansharut Daulah (JAD) Jawa Timur yang berafiliasi dengan ISIS.

Kapolri menjelaskan, pelaku yang menggunakan mobil sebelumnya menurunkan istri dan dua anak perempuannya di Gereja Kristen Indonesia (GKI), Jalan Raya Diponegoro. Sementara, untuk insiden bom di Gereja Santa Maria diduga dilakukan oleh dua orang laki-laki yang diduga dua putra dari Dita.

"Ini yang satu namanya Yusuf Fadil usianya 18 tahun dan Firman Halim yang usianya 16 tahun. Semuanya adalah serangan bom bunuh diri, tapi jenis bom berbeda," katanya.

Sedangkan bom yang meledak di Jalan Arjuno teridentifikasi menggunakan bom yang diletakkan dalam kendaraan setelah itu ditabrakkan.

Kapolri memperkirakan ledakan bom terbesar yakni ledakan yang menggunakan mobil yang ditabrakan itu. Selanjutnya, bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela diduga menggunakan mobil dengan bom yang dipangku. Ant/SB/eko/AR-2

Penulis : Antara, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top