Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ketahanan Pangan I Sejak 2018, Produksi Beras Nasional Menurun secara Persisten

Indonesia Berpotensi Jadi Importir Beras Terbesar di Dunia

Foto : ANTARA/Raisan Al Farisi

Sorgum Jadi Alternatif Pangan Pengganti Beras I Petani merawat tanaman sorgum di kebun Sekemala Integrated Farming (Sein Farm), Ujung Berung, Bandung, Jawa Barat, Kamis (1/8). Sein Farm Kota Bandung resmi ditunjuk sebagai pusat pengembangan sorgum di Indonesia yang dikelola oleh Pemerintah Kota Bandung dan Universitas Pasundan yang mampu memproduksi sorgum sebanyak 300 kilogram per bulan di atas lahan 3 hektare dan diolah menjadi beras, dan tepung serta menjadi alternatif pangan pengganti beras.

A   A   A   Pengaturan Font

Direktur lembaga kajian Next Policy, Yusuf Wibisono, dalam keterangan resminya di Jakarta baru-baru ini, mengatakan realisasi impor beras pada Januari hingga April 2024 tercatat sudah mencapai 1,77 juta ton. Sementara rencana impor pada Mei hingga Desember 2024 sebanyak 3,40 juta ton. Kondisi tersebut mengkhawatirkan karena impor beras pada 2023 lalu hanya tercatat 3,06 juta ton.

Bila realisasi impor beras sesuai proyeksi maka impor beras tahun ini akan menjadi rekor impor beras terbesar, melampaui impor beras tahun 1999 yang mencapai 4,75 juta ton. "Angka ini juga akan menjadikan Indonesia sebagai negara importir beras terbesar di dunia, mengalahkan Filipina yang rata-rata mengimpor beras sekitar empat juta ton setiap tahunnya," katanya.

Dengan menjadi salah satu importir pangan terbesar di dunia maka Indonesia akan selalu terpapar risiko impor dan politik proteksionisme pangan global. Kebergantungan pada pasar pangan global akan memunculkan kerentanan tinggi pada ketahanan pangan nasional, terutama ketidakpastian pasokan dan harga pangan internasional.

Pada 2023, Indonesia mengimpor 3,06 juta ton beras. Sebanyak 93 persen impor berasal dari tiga negara saja, yaitu Thailand 45,1 persen, Vietnam 37,5 persen, dan Pakistan 10,1 persen. Situasi itu menunjukkan betapa rentannya ketahanan pangan Indonesia terhadap fluktuasi harga dan pasokan yang bergantung dari beberapa negara saja.

Dia mengakui, proyeksi impor besar-besaran itu terjadi akibat jatuhnya produksi beras nasional tahun ini secara signifikan. Produksi beras pada Januari hingga Juli 2024 diperkirakan anjlok hingga 13,3 persen atau setara 2,47 juta ton, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top