Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Proyeksi Nilai Tukar - Investasi Dipacu untuk Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi

Impor Picu Rupiah Fluktuatif

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam rapat pembicaraan pendahuluan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2020 di Komisi XI DPR, Kamis (13/6), mengatakan pergerakan kurs rupiah pada 2020 mendatang masih diwarnai ketidakpastian ekonomi global sehingga cenderung fluktuatif di kisaran 14.000-15.000 rupiah per dollar AS.

Proyeksi pemerintah tersebut lebih pesimistis dibanding asumsi yang disampaikan Bank Indonesia (BI) ke DPR dengan pergerakan berkisar 13.900-14.300 rupiah per dollar AS. Menurut Menkeu, setidaknya tiga faktor yang masih menekan rupiah ke depan, yaitu ketidakpastian ekonomi global, impor yang masih tinggi, dan harga komoditas yang jatuh.

Dari eksternal, tensi perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok yang berlanjut diperkirakan akan menyebabkan pelambatan ekonomi global. Dana Moneter Internasional (IMF) sebelumnya telah merevisi koreksi pertumbuhan ekonomi global tahun depan akibat perang dagang dari sebelumnya terkoreksi 0,25 persen menjadi 0,5 persen.

"Dampaknya ke pertumbuhan ekonomi dunia di tengah pertumbuhan ekonomi global yang masih relatif lemah," kata Menkeu. Sedangkan dari domestik, impor yang tinggi jelas Menkeu karena Indonesia membutuhkan investasi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator investasi, yakni Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ditargetkan untuk tumbuh 7 persen-7,4 persen pada 2020 nanti.

Pertumbuhan investasi di rentang tersebut jelas Menkeu dibutuhkan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi ke level 5,3 hingga 5,6 persen pada 2020. Selain, impor yang tinggi, harga komoditas yang stagnan dan cenderung menurun juga mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Seperti diketahui, Indonesia masih mengandalkan komoditas, seperti batu bara dan minyak sawit mentah untuk ekspor.

Dollar Menguat

Sementara itu, dari pasar keuangan global dilaporkan dollar AS pada penutupan perdagangan, Rabu (12/6) waktu New York malah menguat setelah beberapa hari terdepresiasi.

Menguatnya dollar AS terhadap sejumlah mata uang regional itu karena investor memantau prospek perdagangan global serta langkah kebijakan moneter Federal Reserve (Fed) berikutnya.

Dollar sempat tergelincir di sesi pagi setelah Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan indeks harga konsumen untuk semua konsumen perkotaan meningkat 0,1 persen pada Mei berdasarkan penyesuaian secara musiman, setelah naik 0,3 persen pada April.

Inflasi inti yang diawasi ketat, di luar makanan dan energi, juga sedikit meningkat 0,1 persen bulan lalu. Data inflasi yang lemah mengemuka ketika para investor semakin berspekulasi bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuannya.

Ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga pada Juli berada di 84,3 persen pada Rabu (12/6), menurut alat FedWatch CME Group.

xinhua/Ant/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top