IMF Merevisi Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok
Foto: Sumber: Biro Statistik Nasional Tiongkok - KJ/ONESWASHINGTON - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) pada pekan lalu di Washington merevisi kembali proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2023 dan 2024.
IMF dalam perkiraan terbaru itu memproyeksikan perekonomian Tiongkok akan memenuhi target pertumbuhan ekonomi pemerintah pada 2023 sekitar 5 persen.
"Itu mencerminkan pemulihan setelah Covid-19," kata juru bicara IMF, Julie Kozack, menanggapi pertanyaan dari Xinhua dalam sebuah konferensi pers seperti dikutip dari Antara.
- Baca Juga: Kongres AS Sahkan Kemenangan Donald Trump
- Baca Juga: Heboh! PM Kanada Umumkan Pengunduran Diri
Tim IMF juga telah berdiskusi dengan para pejabat Tiongkok terkait Konsultasi Pasal IV 2023. IMF mengumumkan pada awal November lalu pihaknya telah menaikkan proyeksi ekonomi Tiongkok pada 2023 menjadi 5,4 persen dari sebelumnya 5,0 persen, dan untuk 2024 menjadi 4,6 persen dari 4,2 persen, Lebih tinggi jika dibandingkan dengan World Economic Outlook yang dirilis pada Oktober 2023.
Dia mencatat bahwa dalam jangka menengah, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan melambat lebih lanjut, yang mencerminkan populasi yang menua serta melambatnya pertumbuhan produktivitas.
"Kami juga melihat bahwa Tiongkok memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan jangka menengah melalui reformasi struktural guna mendorong produktivitas dan meningkatkan partisipasi angkatan kerja.
Direktur Indef, Tauhid Ahmad, yang diminta pendapatnya mengatakan proyeksi peningkatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2024 dari sebelumnya 4,5 persen menjadi 5 persen adalah kabar gembira untuk Indonesia. Sebab, Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Di tengah perlambatan ekonomi dunia, kabar pertumbuhan Tiongkok adalah kabar sangat baik bagi Indonesia.
"Kita tentu senang. Tiongkok adalah negara tujuan utama ekspor kita, nomor satu. Peran Tiongkok di 2023 sangat besar, ekspor kita ke sana hampir sekitar 45 miliar dollar AS selama periode Januari- September 2023," kata Tauhid.
Padahal, ekspor Indonesia ke seluruh dunia di saat yang sama mengalami kontraksi lebih dari 20 persen, tapi ekspor ke Tiongkok terus terjaga sehingga jika tahun depan pertumbuhan ekonomi naik maka hal itu akan makin menolong neraca ekspor Indonesia.
Struktur ekspor Indonesia ke Tiongkok juga makin menggembirakan karena ada peran hilirisasi sehingga ada nilai tambah yang dinikmati Indonesia.
"Besi baja, olahan nikel. Jadi kalau konsisten hilirisasi, nanti struktur ekspor kita ke Tiongkok akan berubah tidak hanya bahan mentah, tapi produk-produk hilirisasi. Semoga kita bisa memanfaatkan penguatan Tiongkok tahun depan untuk menyelamatkan ekonomi di Tanah Air yang masih ada tekanan ekternal suku bunga AS dan juga di dalam negeri ada proses transisi politik," papar Tauhid.
Mengalir ke Berbagai Negara
Dalam kesempatan lain, Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, mengatakan dirinya optimistis Tiongkok bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen, karena ekspor produk negara ekonomi terbesar kedua dunia itu hampir mengalir ke semua negara.
Begitu juga sektor pariwisata yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Banyak wisatawan mancanegara datang ke Tiongkok, baik untuk urusan bisnis maupun untuk sekadar melancong. Tiongkok juga diuntungkan dengan biaya tenaga kerja dan promosi investasi yang murah sehingga investasi mengalir ke negara mereka.
"Oleh karena itu, Indonesia seharusnya meniru langkah Tiongkok untuk bisa mengembangkan kapasitas ekonomi, mengingat pada tahun 1980-an, Tiongkok pernah belajar dari Batam untuk membangun industrinya," kata Esther.
Sebelumnya, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, YB. Suhartoko, mengatakan hasil penelitian menunjukkan setiap kenaikan pertumbuhan Tiongkok 1 persen berdampak terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 0,3 persen.
"Ini berarti kenaikan pertumbuhan Tiongkok berdampak baik terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia," ungkap Suhartoko.
Sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun, akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Itu menunjukkan perekonomian Indonesia dipengaruhi ekonomi Tiongkok.
"Dalam jangka panjang, ini tidak boleh berkelanjutan, Indonesia harus menjadi negara yang mandiri dan tidak terlalu bergantung pada ekonomi negara lain," tegasnya.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Hari Kamis KPU tetapkan Gubernur
- 2 the Straits Times Memprediksi Presiden Prabowo Bersama Sembilan Presiden dan PM Negara Lain Jadi Pemimpin Dunia Berpengaruh
- 3 Kebijakan PPN 12 Persen Masih Jadi Polemik, DPR Segera Panggil Menkeu
- 4 Masuki Masa Pensiun, Kepala BSSN dan Kepala Basarna Diganti
- 5 Gara-gara Faktor Inilah, Pelantikan Kepala Daerah Terpilih di Provinsi Bali Diundur