Dari Viral ke Vital: Bagaimana Media Sosial Membentuk Tren Fast Beauty
Foto: IstimewaSekitar 48% Gen Z menghabiskan Rp150 ribu per transaksi untuk membeli produk kecantikan. Sedangkan generasi milenial hanya 34% yang mengeluarkan jumlah yang sama. Hal itu diungkapkan Beauty Consumer Behavior and Trend Report dari Insight Factory by SOCO.
Produk kecantikan, seperti skincare dan kosmetik, telah menjadi salah satu kebutuhan utama masyarakat Indonesia saat ini. Media sosial telah menjadi pendorong utama dalam membentuk tren diatas. Platform seperti TikTok dan Instagram mempercepat viralitas produk kecantikan, menciptakan ekspektasi konsumen yang semakin tinggi.
"Produk kecantikan yang viral sering kali terjual habis dalam hitungan jam," kata seorang analis di TechCrunch. Contohnya adalah lip gloss yang menjadi tren di TikTok, yang terjual 100.000 unit dalam seminggu pertama. Hal ini menunjukkan bagaimana algoritma media sosial dapat menciptakan gelombang besar permintaan konsumen dalam waktu singkat.
Selain itu, tantangan viral seperti "lipstick stacking" atau "face mask challenge" telah menciptakan pasar baru bagi produk-produk yang sebelumnya dianggap biasa. Merek-merek kecil pun dapat bersaing dengan pemain besar melalui kekuatan viralitas.
Dalam hal ini, influencer menjadi ujung tombak dalam mempromosikan fast beauty. "Ketika seorang influencer besar mempromosikan produk, penjualan dapat meningkat hingga 200%," kata Jessica Matlin. Influencer seperti Hyram, yang dikenal sebagai "Skinfluencer," bahkan memiliki kekuatan untuk menentukan tren bahan aktif seperti niacinamide dan retinol.
Strategi Merek
Dan dalam perkembangannya, merek-merek fast beauty menggunakan media sosial bukan hanya untuk promosi, tetapi juga sebagai alat riset. Dengan menganalisis tren hashtag dan komentar konsumen, mereka dapat dengan cepat menyesuaikan produk mereka. "Media sosial adalah tambang emas data konsumen," kata seorang eksekutif pemasaran dari L'Oréal.
Tren fast beauty yang diminati banyak orang membuat berbagai brand lokal maupun internasional berlomba-lomba menciptakan produk dengan berbagai klaim manfaat sebagai teknik promosi untuk meraih keuntungan sebanyak mungkin.
Kecepatan media sosial dalam menciptakan tren telah mengubah industri kecantikan. Namun, merek harus tetap fokus pada kualitas dan keberlanjutan untuk mempertahankan kepercayaan konsumen. Konsumen juga perlu lebih bijak dalam memanfaatkan informasi yang tersedia agar tidak terjebak dalam siklus konsumsi impulsif.
Berita Trending
- 1 Kebijakan PPN 12 Persen Masih Jadi Polemik, DPR Segera Panggil Menkeu
- 2 Nelayan Kepulauan Seribu Segera miliki SPBU Apung
- 3 Banjir Bandang Lahar Dingin Gunung Jadi Perhatian Pemerintah pada 2025
- 4 Athletic Bilbao dan Barca Perebutkan Tiket Final
- 5 Mulai Januari 2025, Usia Pensiun Pekerja Indonesia Naik Satu Tahun Menjadi 59 Tahun
Berita Terkini
- Menhub Apresiasi Masyarakat Pakai Angkutan Umum saat Libur Akhir Tahun
- Pelatih Baru Timnas Indonesia Patrick Kluivert Akui Suporter Adalah Bagian Penting Timnas Indonesia
- Ini Alasannya Kenapa West Ham Pecat Pecat Pelatih Julen Lopetegui
- Pemprov Jabar Anggarkan Rp1 Triliun untuk Program MBG Selama Setahun
- Masyarakat Didorong untuk Budidayakan Sarang Walet untuk Ekspor