Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

IMF Memotong Pertumbuhan dan Memproyeksikan Resesi

Foto : Istimewa

Markas Dana Moneter Internasional di Washington.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) membawa kabar buruk bagi perekonomian global pekan lalu. IMF menurunkan tingkat pertumbuhan global menjadi 2,7 persen untuk tahun depan, memperingatkan gagal bayar utang, serta resesi dan kesuraman bagi pasar.

"Ini sulit, tetapi kita dapat mengatasi tantangan ini," ujar Direktur Pelaksana IMF,Kristalina Georgieva,pada pertemuan tahunan pemberi pinjaman multilateral IMF dan Bank Dunia selama seminggu di Washington, dikutip dari Voice of America, Minggu (16/10).

"Bagi banyak orang, 2023 akan terasa seperti resesi," kata Kepala Ekonom IMF, Pierre Olivier Gourinchas melalui akun Twitter-nya, Selasa, saat ia memaparkan beberapa angka suram untuk prospek ekonomi global.

Selain itu, Presiden Bank Dunia, David Malpass dan Kristalina Georgieva dari IMF serta banyak ekonom terkemuka menghitung beberapa faktor untuk perlambatan ekonomi global. Menurutmereka, perang di Ukraina, pandemi, inflasi, ekonomi Tiongkok yang lambat, perubahan iklim dan dolar AS yang kuat, telah memicu risiko resesi, dengan kemungkinan "yang terburuk belum datang".

Para ekonom menganggap utang biaya tinggi dan kesulitan yang meningkat di banyak negara dalam membayar utang mereka adalah kenyataan pahit. Mereka takut gagal bayar dan mengharapkan lebih banyak permintaan restrukturisasi utang di negara berkembang dan ekonomi berkembang.

Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF,Gita Gopinath, mengatakan sekitar 60 persen negara berpenghasilan rendah berada dalam tekanan utang atau menghadapi risiko tekanan utang yang tinggi.

Ketua Dewan Makroekonomi Moody,Elena Duggar, memperkirakan tingkat gagal bayar negara-negara akan meningkat selama beberapa tahun ke depan. "Kita sudah memiliki enam default berdaulat tahun ini pada tahun 2022," kata Duggar.

Pada tahun-tahun biasa, katanya, satu atau dua default negara dapat diperkirakan. Sebuah default berdaulat terjadi ketika suatu negara gagal untuk membayar utangnya.

"Kita memiliki banyak negara, beberapa di antaranya berasal dari sub-Sahara, di mana (pengaturan kedaulatan) merupakan tantangan," kata Gopinath.

Saat dia berbicara, seruan dapat terdengar dari beberapa anggota di aula, mengatakan "batalkan semua hutang, ganti rugi sekarang". Beberapa pengunjuk rasa di luar gedung bank juga menyerukan transparansi dalam mekanisme utang.

Tingginya biaya pinjaman menjadi perhatian yang signifikan. Georgieva mengatakan pada awal acara tahunan, kenaikan suku bunga akan mulai menjadi masalah.

PBB menggarisbawahi krisis utang global dalam laporannya Selasa dan menyerukan keringanan utang untuk 54 negara di seluruh dunia. Pakistan, Tunisia, Chad, Sri Lanka, dan Zambia dipandang sebagai negara yang paling berisiko tenggelam dalam krisis utang yang semakin dalam.

IMF mengatakan pada Sabtu pihaknya mencapai kesepakatan tingkat staf dengan Tunisia di bawah Fasilitas Dana Diperpanjang atauExtended Fund Facility (EFF) untuk paket penyelamatan sebesar 1,9 miliar dolar AS.

IMF juga melanjutkan program dukungannya untuk Pakistan dan menyetujui 1,7 miliardolar ASuntuk Islamabad pada Agustus.

Menteri KeuanganPakistan,Ishaq Dar, mengatakan kepada Reuters bahwa dia akan mencari penjadwalan ulang sekitar 27 miliardolar ASdalam utang Klub non-Paris yang sebagian besar berutang ke Tiongkok.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top