Sabtu, 22 Feb 2025, 01:00 WIB

IESR Dorong Malaysia Percepat Agenda Transformasi Energi di Asean

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa

Foto: istimewa

Jakarta - Institute for Essential Services Reform (IESR) melalui Koalisi Transisi Energi di Asia Tenggara (Southeast Asia Energy Transition Coalition/SETC) mendorong Malaysia, sebagai Ketua Asean 2025 untuk melaksanakan agenda transformasi energi di Asean sebagai kontribusi kawasan dalam mitigasi krisis iklim.

Beberapa langkah strategis yang Malaysia dapat lakukan di antaranya memperkuat komitmen, kolaborasi dan kebijakan regional, meningkatkan investasi energi bersih, dan membangun ekosistem industri energi terbarukan.

“Sebagai kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tercepat, masih tertinggal dalam transisi energi terbarukan. Kondisi ini berisiko menaikkan emisi karbon, meningkatkan kerentanan ekonomi, memperlemah ketahanan energi dan menghambat pencapaian target Persetujuan Paris untuk membatasi suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius,” kata Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa di Jakarta, Jumat (21/2).

Seperti dikutip dari Antara, Fabby mengatakan saat ini, porsi energi terbarukan dalam total pasokan energi primer ASEAN masih berada di angka 15,6 persen, jauh di bawah target 23 persen pada 2025.

Padahal, kawasan ini memiliki potensi energi terbarukan lebih dari 17 terawatt. Sayangnya, investasi yang masuk masih minim. Asean hanya menerima 2 persen dari investasi energi terbarukan global, meski menyumbang 6 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia dan 5 persen dari permintaan energi global.

Empat Pilar

Fabby menjelaskan ketergantungan pada bahan fosil semakin membebani ekonomi kawasan. Pada 2023, negara-negara Asean menghabiskan lebih dari 130 miliar dollar AS untuk impor minyak, hampir empat kali lipat dari investasi dalam energi berkelanjutan.

Untuk menjawab tantangan tersebut, IESR mendorong agenda transformasi energi Asean yang bertumpu pada empat pilar utama.

Pertama, percepatan pengembangan dan integrasi energi bersih, seperti membentuk Asean Just Energy Transition Partnership (ASEAN-JETP) untuk membuka pendanaan hingga 130 miliar dollar AS per tahun hingga 2030.

Kedua, menjadikan Asean sebagai pusat manufaktur dan perdagangan energi bersih Ketiga, memperkuat investasi hijau dan mekanisme pembiayaan, dengan memperluas taksonomi hijau Asean dan kerangka keuangan berkelanjutan untuk menarik investor global dan penerbitan obligasi hijau.

Keempat, meningkatkan koordinasi kebijakan dan pengembangan tenaga kerja, seperti mendirikan Asean Clean Energy Workforce Initiative guna menciptakan lebih dari 3 juta lapangan kerja di sektor manufaktur, teknik, dan inovasi digital.

Redaktur: Andreas Chaniago

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan: