Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Energi Terbarukan

IEA: Untuk Pertama Kali Investasi Tenaga Surya Ungguli BBM

Foto : AFP

Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA), pada Kamis (25/5), melaporkan investasi tenaga surya diperkirakan melampaui bahan bakar minyak untuk pertama kalinya pada 2023 karena pengeluaran energi bersih melebihi untuk bahan bakar fosil.

Dikutip dari The Straits Times, sementara itu, IEA memperingatkan bahwa investasi dalam bahan bakar fosil meningkat ketika seharusnya jatuh dengan cepat untuk mencapai emisi net-zero pada 2050.

"Energi bersih bergerak cepat, lebih cepat dari yang disadari banyak orang," kata Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol, dalam sebuah pernyataan yang menyertai perilisan laporan terbaru lembaga tersebut tentang investasi energi.

"Hal ini terlihat jelas dalam tren investasi, di mana teknologi bersih menjauh dari bahan bakar fosil," tambahnya.

Menurut IEA, investasi tahunan dalam energi bersih diperkirakan meningkat sebesar 24 persen dari tahun 2021 menjadi lebih dari 1,7 triliun dollar AS pada 2023. Keuntungan untuk bahan bakar fosil adalah 15 persen selama periode yang sama.

Investasi dalam energi bersih dan bahan bakar fosil sama dengan lima tahun lalu. Tetapi kombinasi faktor-faktor, khususnya harga minyak dan gas yang tinggi serta kekhawatiran tentang persediaan, telah menyebabkan lonjakan pengeluaran untuk energi terbarukan.

"Salah satu contoh cemerlang adalah investasi di bidang tenaga surya, yang akan mengambil alih jumlah investasi yang masuk ke dalam produksi minyak untuk pertama kalinya," kata Birol.

IEA memperkirakan investasi dalam tenaga surya, yang pada dasarnya panel fotovoltaik, mencapai 380 miliar dollar AS pada 2023, sementara investasi dalam eksplorasi dan ekstraksi minyak akan mencapai 370 miliar dollar AS.

"Ini memahkotai tenaga surya sebagai kekuatan superenergi sejati," kata Dave Jones, kepala wawasan data di wadah pemikir energi Ember.

Harga Rendah

Rendahnya harga pembangkit tenaga surya akan membantu mendorong upaya dekarbonisasi saat adopsi mobil listrik semakin cepat.

Tetapi, rebound dalam investasi minyak dan gas, yang diperkirakan akan kembali ke level 2019 pada 2023, membuat industri ini semakin jauh dari lintasan net-zero 2050 IEA.

IEA mengatakan secara keseluruhan investasi bahan bakar fosil tahun 2023 diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat jumlah yang harus dikeluarkan sektor ini pada tahun 2030. Untuk batu bara, jumlahnya bisa mencapai enam kali lipat.

IEA juga mencatat investasi energi bersih terkonsentrasi di negara-negara maju dan Tiongkok, sedangkan peningkatan investasi bahan bakar fosil terbesar berada di negara-negara Timur Tengah.

"Ironisnya, beberapa tempat tercerah di dunia memiliki tingkat investasi tenaga surya yang paling rendah, dan ini adalah masalah yang perlu diperhatikan," kata Jones.

IEA juga menemukan sebagian besar perusahaan energi besar tidak memberikan dana yang cukup besar untuk transisi ke energi hijau.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top