Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ideologi Uang Abaikan Pancasila

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Anehnya, para koruptor yang pergi ke Tanah Suci, seolah merasa sudah mendapat pengampunan dosa dari Tuhan. Tidak heran jika kemudian ada komentar, "Tobat di Tanah Suci, lalu kumat di negeri sendiri (haji "tomat"). Mungkin karena pendapat seperti ini, Indonesia tidak pernah kekurangan koruptor. Satu masuk penjara, 100 calon koruptor baru, mengantre. "Masuk penjara tak masalah, toh tabungan di bank hasil korupsi terus bertambah," batin koruptor.

Keuangan

K e p a d a para koruptor yang punya penafsiran bahwa dosa bisa diputihkan lalu korupsi lagi, mungkin layak ditanyakan, apa sebenarnya yang menjadi keyakinan mereka? Julius Kardinal Darmaatmadja, pernah mengungkapkan bahwa ideologi uang yang begitu dominan telah membuat sebagian orang Indonesia, di antaranya para koruptor, tidak lagi meyakini sila pertama Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa. Mereka berkeyakainan pada keuangan yang mahakuasa.

Memang menurut Anthony Simson dalam "The Midas Touch" (1991), posisi agama konvensional saat ini, suka atau tidak, memang telah dipinggirkan oleh agama uang (religion of money). Ini hanya pengembangan pendapat lama dari Erich Fromm dalam "Psychoanalysis and Religion (Yale University Press, 1950, hal 21).

Menurut Fromm, batasan agama bukan hanya tradisional, yakni selalu dikaitkan dengan Tuhan, berhala, kitab suci, atau nabi. Tapi agama adalah "any sistem of thought and action shared by a group which gives the individual a frame of orientation and object of devotions" (suatu sistem pemikiran sekaligus tindakan dari sekel- ompok o r a n g y a n g m e m - b e r i k a n pada tiap-tiap anggota kerangka orientasi dan objek devosi).
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top