Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Hoaks, Individualis hingga Krisis Kesantunan G-Z

A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Dari Halliday hingga Hanan Attaki
Penulis : Dosen Progresif
Penerbit : Sulur
Cetakan : April 2019
Tebal : 256 Halaman
ISBN : 978-602-5803-32-1

Kementerian Kominfo selama April 2019 menemukan 486 hoaks di mana 209 di antaranya kategori politik seperti menyerang capres-cawapres, partai politik, KPU, dan Bawaslu. Salah satu contoh hoaks adalah ceramah Rahmat Baequni yang menyebut ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal karena diracun.

Menurut Yulfan Alif Nurohman, dalam buku halaman 188, selama ini sumber berita palsu dipersepsikan berasal dari pengguna media sosial (medsos). Perlu pencegahan akan menyeruaknya berita palsu tersebut. Buku juga membahas perkembangan teknologi generasi Z (G-Z). Menurut Oblinger pada halaman 2, G- Z merupakan lahir tahun 1995-sekarang.

Hidup di tengah-tengah teknologi canggih memudahkan G-Z menjadikan kemauan diri dalam sekejap mata. Mereka hanya membutuhkan paket internet. Semua yang diharapkan dengan mudahnya menjadi kenyataan. Jadi sudah bisa diketahui bahwa G-Z akrab dengan teknologi sejak lahir. Segala bentuk kegiatan mereka dikontrol gawai atau gadget.

Di balik kemudahan dalam mengakses informasi, G-Z juga diserang berita hoaks dan krisis kesantunan. Hal itu membuat mereka sangat mudah terjerumus dalam pergaulan yang salah. Mereka juga semakin malas melakukan kegiatan yang berurusan dengan orang banyak atau bersosialisasi. Mereka cenderung memilih bermain gadget dan medsos.

Perkembangan teknologi mempengaruhi segala aspek kehidupan mulai dari pendidikan, ekonomi, bisnis, hingga budaya. Segala kebutuhan mudah didapat melalui gadget. Untuk berbelanja tak perlu berdesak-desakan dan berpanas-panasan menuju toko. Semua tinggal klik di online store.

Instagram adalah medsos paling digemari G-Z untuk mengikuti tren-tren. Misalnya berpakaian dan gaya bicara mulai kearab-araban atau menggabungkan bahasa Arab dan Indonesia. Generasi ini acap kali menerima informasi hanya dari satu sumber. Keagamaannya masih sebatas perbincangan doktrin, tanpa dibekali ilmu yang jelas. Kalau sudah cocok dengan pendakwah tertentu, susah menerima pendakwah lain.

Dalam melakukan kegiatan, hendaknya mengedepankan sikap santun agar tidak menyinggung orang lain. Banyak kasus karena pengaruh negatif internet, tak jarang pelajar pengguna medsos yang merasa kena cyber bullying trauma berat hingga lebih memilih bunuh diri. Di zaman serbasangat instan ini, jangan mudah melabeli orang dari yang dikenakan.

G-Z sebaiknya selalu menyaring lebih dulu setiap informasi sebelum membagikan ke orang lain. Terkadang banyak ustaz yang kurang tepat dalam menafsirkan suatu ayat. Ketika G-Z merasa yang didakwahkan ustaz tadi sesuai dengan dirinya, cenderung membagikan ke story Instagram dan Whatsapp, tanpa menelusur lebih lanjut kebenaran ayat tersebut.

Baca Juga :
Curi Start Pilpres

Buku ini membantu mereka dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Buku juga memberi pengetahuan tentang ilmu kebahasaan, kesantunan, pragmatik, komunikasi dan isu-isu mutakhir. G-Z harus selalu berhati-hati dalam melakukan sesuatu yang dapat memicu ujaran kebencian. Diresensi Izatussariroh, Mahasiswi IAIN Surakarta

Komentar

Komentar
()

Top