Hilirisasi Jangan Korbankan Lingkungan
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti - Untuk mengejar target pertumbuhan hingga delapan persen, hilirisasi memang menjadi salah satu opsi tepat dan realistis.
Untuk mengejar target pertumbuhan hingga delapan persen, hilirisasi memang menjadi salah satu opsi tepat dan realistis, tetapi harus memperhatikan keseimbangan alam.
JAKARTA - Hilirisasi dinilai dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal seperti yang dialami Provinsi Maluku Utara. Daerah ladang sumber daya nikel tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia pada 2023. Namun, hilirisasi perlu memperhatikan keseimbangan ekologis. Lingkungan jangan sampai menjadi korban.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, mengakui untuk mengejar target pertumbuhan hingga delapan persen, hilirisasi memang menjadi salah satu opsi tepat dan realistis.
Dia mengakui hilirisasi memang memberi benefit karena adanya nilai tambah yang diperoleh. Namun, dia memperingatkan upaya mengejar target pertumbuhan di atas enam persen harus memperhatikan keseimbangan alam. "Jangan sampai lingkungan menjadi korban dari kerja keras mengejar target pertumbuhan ekonomi," tegas Esther kepada Koran Jakarta, Kamis (31/10).
Seperti diketahui, proyek-proyek hilirisasi nikel dinilai menimbulkan dampak yang sangat serius terhadap masyarakat di Maluku Utara. Hal itu termuat dalam laporan berjudul Daya Rusak Hilirisasi Nikel: Kebangkrutan Alam dan Derita Rakyat Maluku Utara yang disusun oleh Forum Studi Halmahera (Foshal), Trend Asia, dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) beberapa waktu lalu.
Dari laporan tersebut, ada 58 izin konsesi nikel di Maluku Utara dengan luas 262.743 hektare (ha). Di Pulau Halmahera terdapat 28 izin nikel. Di Halmahera Tengah, izin konsesi tambang bahkan memenuhi hampir setengah dari total luas wilayah kabupaten.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya