Harga Sampah Domestik Anjlok, Pelaku Ekonomi Sirkular Makin Merana
Usaha pencacahan sampah plastik di Cikiwul, Bantargebang pada 2005.
JAKARTA - Sampah domestik menjadi masalah nasional yang tak kunjung selesai. Bahkan sebagian besar kota meteropolitan, besar atau kecil, dalam kondisi darurat sampah.
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah penuh atau overloaded, seperti di TPST Bantargebang, TPA Sarimukti Bandung, TPA Sumurbatu Kota Bekasi, TPA Burangkeng Kabupaten Bekasi, TPA Cipayung Depok, TPA Cipeucang Tangerang, TPA Jalupang Karawang, TPA Piyungan Yogyakarta, dan ratusan TPA lainnya.
Sejauh ini, aktivitas pengurangan dan guna ulang sampah masih didominasi sektor informal. Sektor informal persampahan adalah pelaku riil ekonomi sirkular (circular economy) di Indonesia dan dunia. Mereka memilah dan mengolah sampah siang-malam. Ada yang bilang mereka pelopor 3R (reduce, reuse, recyle).
"Berbagai laporan kajian ilmiah dan semi-ilmiah di seluruh dunia menggambarkan bahwa peran sektor informal memberi kontribusi besar terhadap pengelolaan sampah," kata Bagong Suyoto, Ketua Koalisi Persampahan Indonesia (KPNas) dan Ketua Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indonesia (APPI) dalam keterangan tertulisnya, Senin (14/8).
Bagong menjelaskan, aktivitas pemulung mengais sampah, usaha pelapak mengumpulkan berbagai jenis sampah, dan usaha pencacahan plastik mengalami kelesuan, daya beli semakin ringkih, mati suri, dan bangkrut.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Lili Lestari
Komentar
()Muat lainnya