Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemanasan Global

Gunung Es Raksasa Lepaskan Miliaran Ton Air Tawar ke Laut

Foto : ISTIMEWA

BRITISH ANTARCTIC SURVEY - Itu setara dengan 20 kali air di Danau Loch Ness, Skotlandia, atau 61 juta kolam renang berukuran Olimpiade.

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Hasil studi British Antarctic Survey (BAS), pada Kamis (20/1), menunjukkan sebuah gunung es raksasa di Antartika telah melepaskan air tawar setara dengan 61 juta kolam renang Olimpiade saat mencair. Pencairan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap ekosistem laut.

Gunung es raksasa itu berukuran dua kali Kota Luksemburg ketika terpisah dari lapisan es atau gletser Larsen pada 2017, yang mengalami pemanasan lebih cepat daripada bagian lain dari benua paling selatan itu. Dengan luas 5.719 kilometer persegi ketika terbentuk, maka itu adalah gunung es terbesar di bumi dan terbesar keenam dalam catatan.

Selama dua tahun, gunung seberat triliunan ton yang dikenal sebagai A-68 itu mengapung di perairan dingin Laut Weddell, sebelum hanyut ke utara dan mengancam pulau Georgia Selatan di Inggris, sekitar 4.000 kilometer dari titik awalnya. Setelah patah, gunung es yang dikenal sebagai A-68a, mendekati Georgia Selatan pada akhir 2020, menimbulkan kekhawatiran kalau itu akan terjebak di dasar laut, menghalangi arus laut, dan menghalangi jalan ribuan penguin dan anjing laut.

Studi baru juga menemukan saat gunung itu berhenti sebentar di dasar laut, mencair dengan cepat sekali di wilayah yang lebih hangat di sekitar Georgia Selatan, dan telah kehilangan sejumlah besar bagiannya saat mencapai perairan yang lebih dangkal. Para peneliti yang melacak perjalanannya melalui satelit menghitung bahwa dari akhir 2020 hingga meleleh pada 2021, A-68 melepaskan sekitar 152 miliar ton air tawar yang kaya nutrisi ke laut.

"Itu setara dengan 20 kali air di Danau Loch Ness, Skotlandia, atau 61 juta kolam renang berukuran Olimpiade," kata BAS dalam siaran pers, menambahkan itu adalah gangguan yang dapat berdampak besar pada habitat laut pulau itu.

"Ini adalah sejumlah besar air lelehan," kata Anne Braakmann- Folgmann, seorang peneliti di Pusat Pengamatan dan Pemodelan Kutub (CPOM), yang memimpin penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Remote Sensing of Environment.

"Hal berikutnya yang ingin kami pelajari adalah apakah itu berdampak positif atau negatif pada ekosistem di sekitar Georgia Selatan," katanya.

Rute Klasik

Para peneliti mengatakan air dingin dan kaya nutrisi yang dilepaskan saat gunung es mencair dapat mempengaruhi sirkulasi laut setempat, dan memicu produksi biologis.

Braakmann-Folgmann mengatakan, A-68 telah mengambil rute "klasik" untuk gunung es di wilayah tersebut. "Penelitian lebih lanjut akan mempelajari tentang bagaimana gunung es ini mempengaruhi lautan di kutub," tambahnya.

Gunung es itu terbentuk ketika bongkahan es terlepas dari gletser, dan mulai mengapung di perairan terbuka.

Pembentukannya adalah bagian dari proses alami, meskipun dapat dipercepat oleh pemanasan suhu udara dan laut, akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Sejak abad ke-19, suhu rata-rata permukaan bumi telah naik satu derajat Celsius, cukup meningkatkan intensitas kekeringan, gelombang panas, dan siklon tropis. Tapi, udara di atas Antartika telah menghangat lebih dari dua kali lipat.

Lapisan es di atas Greenland dan Antartika Barat menahan air beku yang cukup untuk mengangkat lautan sejauh belasan meter, menenggelamkan kota dan menggambar ulang garis pantai planet ini.

Gunung es secara tradisional dinamai kuadran Antartika, di mana itu awalnya terdeteksi, kemudian diberi nomor urut sesuai pecahan. Akan lebih banyak huruf ditambahkan untuk membedakan fragmen.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top