Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

“Great Zimbabwe", Peradaban Asli Afrika yang Tak Diakui

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Peradaban kuno Afrika bukan hanya tumbuh di Afrika utara tepatnya Mesir. Antara 850 SM dan 1600 M, peradaban besar tumbuh subur di Afrika bagian selatan. Sayang hanya sedikit orang non-Afrika yang mempelajarinya, karena dinodai oleh warisan kolonialisme, rasisme, dan prasangka.

Saat orang Eropa terlibat dalam perebutan Afrika antara abad ke-17 dan ke-19 M, mereka membangun sistem yang mengganggu tradisi lisan yang melestarikan sejarah Afrika. Mereka menciptakan narasi mereka sendiri yang membenarkan pendudukan mereka atas tanah Afrika dan perbudakan rakyatnya.

Untuk memperkuat narasi ini, beberapa sejarawan dan arkeolog Eropa mengabaikan atau memanipulasi bukti peradaban besar Afrika di sekitar mereka. Tujuan mereka adalah untuk mengungkap bukti suku kulit putih yang hilang sebelum keberadaan orang kulit hitam Afrika, dengan demikian, menetapkan klaim sah mereka atas wilayah yang mereka jajah.

Penulis sejarah peradaban Jessica Lie dalam lamanWorld Historymenulis, "Warisan dari upaya ini adalah serangkaian stereotip dan kesalahpahaman tentang benua dan orang-orangnya, termasuk kepercayaan yang keliru bahwa orang Afrika tidak memiliki sejarah. Sementara langkah besar telah dilakukan untuk mengungkap sejarah Afrika yang sebenarnya, dampak prasangka kolonial masih ada."

Beberapa ilustrasi paling jelas dari dampak ini dapat ditemukan ketika kita memeriksa reruntuhan Great Zimbabwe (Zimbabwe Raya), dan para sejarawan, arkeolog, penjelajah, dan penjajah yang mencoba menyangkal sejarah aslinya. Saat ini, reruntuhan Great Zimbabwe adalah Situs Warisan Dunia UNESCO dan simbol penting sejarah negara modern Zimbabwe.

Great Zimbabwe terletak di dataran tinggi antara Sungai Limpopo di selatan dan Sungai Zambezi di utara. Reruntuhan batu itu berupa istana, menara berbentuk kerucut, dan beberapa pagar melingkar. Bangunan ini dibuat oleh nenek moyang orang Shona, mengukir batu bata dengan sangat ahli sehingga tidak perlu menggunakan mortar.

Sebagian besar reruntuhannya masih utuh, dan telah diisolasi dari ancaman polusi dan urbanisasi modern. Lokasi tersebut masih memiliki makna spiritual bagi orang Shona, dan beberapa reruntuhan masih berperan dalam upacara keagamaan.

Diyakini bahwa Great Zimbabwe awalnya adalah ibu kota kerajaan yang kuat dan makmur. Struktur yang membentuk reruntuhan kemungkinan besar dibangun antara abad ke-11 dan ke-15 M oleh Shona, suku berbahasa Bantu yang awalnya bermigrasi ke Afrika bagian selatan pada abad ke-2 M.

Raja-raja Zimbabwe Raya menguasai ribuan kilometer wilayah, tetapi mereka tidak menaklukkan tanah mereka dengan pasukan besar. Raja Zimbabwe Raya menerima wewenangnya untuk memerintah dari hubungan khususnya dengan arwah para penguasa yang telah meninggal, yang memberinya bimbingan. Keterkaitan mistik dengan leluhur ini memungkinkannya untuk melakukan kontrol spiritual atas para penguasa pemukiman yang lebih kecil di daerah tersebut.

Para raja juga bertanggung jawab untuk menyediakan makanan bagi rakyatnya. Dia memiliki ribuan ternak dan kemungkinan besar mengawasi penyimpanan dan distribusi kelebihan biji-bijian. Beberapa sarjana percaya bahwa menara berbentuk kerucut yang terkenal di Great Zimbabwe adalah tempat penyimpanan biji-bijian simbolis. Hal ini menjadi bukti peran raja dalam menjaga kelangsungan hidup seluruh komunitas.

Selama musim kemarau, petani Great Zimbabwe menjadi penambang emas, dan emas ini memberikan kontribusi besar bagi kemakmuran kekaisaran selain gading yang adalah salah satu barang dagangan utama Zimbabwe. Melalui pelabuhan perdagangan Swahili di pantai timur Afrika, Zimbabwe Raya memperoleh barang dari seluruh dunia.

Banyak bukti yang ditemukan di situs tersebut membantu membuktikan hubungan Great Zimbabwe dengan jaringan perdagangan global ini. Para arkeolog telah menemukan koin Arab abad ke-14 M, beberapa tembikar Persia abad ke-13 M, serta porselen dan manik-manik kaca dari Dinasti Ming Tiongkok.

Sayangnya, selama masa kolonial, banyak bukti keberhasilan jaringan perdagangan Zimbabwe Raya dimanipulasi untuk mendukung teori bahwa peradaban Kaukasia telah membangun situs tersebut. Kehadiran koin Arab dan tembikar Persia digunakan untuk menghubungkan situs tersebut dengan pembangun Arab, bukan penduduk asli Afrika.

Teori Mauch

Memutar lebih jauh sejarah sebenarnya dari situs tersebut, catatan tertulis paling awal tentang Great Zimbabwe ditulis pada abad ke-16 M, lama setelah situs tersebut ditinggalkan. Sebagian besar dokumen ini ditulis oleh orang Eropa yang memiliki sedikit minat dalam melestarikan sejarah secara akurat peradaban Afrika.

Karl Mauch adalah seorang penjelajah dan ahli geologi Jerman yang sedang mencari emas dan batu berharga ketika dia pertama kali menemukan reruntuhan pada tahun 1871 M. Prasangka Mauch mempengaruhi teorinya tentang reruntuhan.

Dia tidak percaya bahwa penduduk asli Afrika dapat membangun struktur yang begitu canggih. Dalam jurnalnya, dia mengklaim bahwa orang Afrika lokal yang dia ajak bicara hanya tinggal di daerah tersebut selama sekitar 40 tahun, dan bahwa mereka semua cukup yakin bahwa orang kulit putih pernah menghuni wilayah tersebut, tulis dia dalam bukuAfrica: A History Denied(1995)

Jurnal-jurnal ini juga diisi dengan gambar-gambar artefak yang ditemukan di situs tersebut. Pemeriksaan gambar-gambar ini menunjukkan bahwa benda-benda itu berasal dari Afrika, namun Mauch tidak pernah mengakui fakta ini. Sebaliknya, dia melakukan segala upaya untuk menghubungkan reruntuhan itu dengan tokoh-tokoh dari Alkitab.

Dia percaya dia telah menemukan Kota Ophir, sebuah pos perdagangan kaya atau kota pelabuhan yang disebutkan dalam Alkitab, dan dia percaya reruntuhan itu pernah menjadi istana penguasa legendaris kota itu, Ratu Sheba.

Menurut narasi Alkitab, Ratu Sheba berasal dari negeri yang sangat kaya, dan ketika dia mengunjungi Raja Salomo di Yerusalem, dia memberikannya hadiah berharga, termasuk emas, rempah-rempah, dan permata berharga.

Mauch memiliki sedikit bukti untuk mendukung teori ini. Saat menjelajahi situs tersebut, dia menemukan beberapa balok kayu aras yang dia duga berasal dari Lebanon. Dia menyimpulkan bahwa hanya pedagang Fenisia yang dapat memasok bahan ini, yang juga digunakan untuk membangun istana Salomo. Dia kemudian berteori bahwa Ratu Sheba telah membangun struktur batu meniru istana Sulaiman di Yerusalem.

Meskipun hanya ada sedikit bukti fisik atau dokumentasi untuk mendukung teori Mauch, spekulasinya didukung oleh penjajah kulit putih yang sibuk mengklaim tanah di wilayah tersebut untuk Kerajaan Inggris. Mereka menerima narasi palsu karena itu memberikan hubungan antara peradaban Eropa dan wilayah yang mereka kuasai.ν hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top