Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 03 Okt 2018, 05:37 WIB

Gempa Palu dan Donggala Munculkan Likuifaksi

Foto: ISTIMEWA

YOGYAKARTA - Gempa bumi berkekuatan 7,4 skala Richter (SR) yang mengguncang Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) tidak hanya mengakibatkan bencana susulan berupa tsunami, tetapi juga memunculkan fenomena tanah bergerak atau likuifaksi. Likuifaksi diketahui terjadi di daerah Sigi, Sulawesi Tengah.

Ahli Geologi Universitas Gadjah mada (UGM), Subagyo Pramumijoyo, di Yogyakarta, Selasa (2/10) mengatakan, likuifaksi banyak terjadi pada tanah berpasir. Saat terjadi gempa tanah yang berpasir tercampur dengan air tanah di bawahnya yang kemudian melarut dengan air tanah dan menerobos rekahan tanah di permukaan.

Subagyo memaparkan, dari penelitian yang dilakukan sejak tahun 2005, di daerah sepanjang Teluk Palu merupakan wilayah yang memiliki tanah dengan kontur yang mudah terjadi likuifaksi. Ketebalan sedimen tersebut mencapai 170 meter sehingga menjadi daerah yang sebenarnya tidak aman untuk dijadikan tempat tinggal karena berpotensi terjadi likuifaksi saat terjadi gempa.

Ia menyebutkan, Kota Palu dan Donggala, merupakan titik pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia sehingga daerah yang rawan gempa.

Pergerakan lempeng-lempeng itu, kata dia, mendorong pergerakan sesar geser Palu Koro yang mengakibatkan gempa berkekutan 7,4 SR. Sesar ini tergolong aktif karena pergerakannya mencapai 45 milimeter per tahun.

"Gempa di Sulawesi ini mekanismenya sesar geser yang tidak menimbulkan perubahan volume air laut atau dengan kata lain tidak memicu tsunami," katanya.

Subagyo menuturkan terjadinya tsunmai di Palu dimungkinkan karena adanya longsoran sedimen di bawah laut yang cukup besar yang muncul akibat pergeseran lempeng. Selain itu juga lokasi Palu yang berada di ujung teluk yang sempit. Bentuk teluk yang menyempit ke daratan menjadikan gelombang tsunami mengarah ke Kota Palu.

"Dengan bentuk teluk yang menyempit, energi gelombang tsunami akan semakin kuat ke arah yang semakin dangkal," terangnya.

Jadikan Pelajaran

Kepala Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM, Djati Mardiatno, menilai kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah Sulawesi Tengah dalam menghadapi bencana gempa dan tsunami masih kurang. Hal ini terlihat dari banyaknya korban jiwa maupun besarnya kerusakan infrastruktur akibat gempa.

Djati menyampaikan daerah Palu dan Donggala sebenarnya telah diidentifikasi sebagai daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami, bahkan telah dimasukkan dalam zona merah rawan gempa.

"Kalau melihat potensi dan ancaman bencana di Palu semestinya masyarakat dan pemerintah sudah siap. Namun, jika dilihat dampak gempa banyak fasilitas umum yang roboh sehingga ini menjadi pertanyaan akan keseriusan pemerintah dalam mengurangi risiko ancaman gempa bumi," papar dia. YK/E-3

Redaktur:

Penulis: Eko S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.