Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Gawat, Laju Kenaikan Permukaan Laut Global Naik Dua Kali Lipat

Foto : ANTARA/REUTERS/Hannibal Hanschke

Lapisan es di sebelah selatan Ibu Kota Nuuk terlihat meleleh akibat perubahan iklim dan pemanasan global di Greenland, Sabtu (11/9/2021).

A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA - Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), badan milik PBB, laju permukaan laut global naik lebih cepat, lebih dari dua kali lipat, dibandingkan dalam dekade pertama perhitungannya pada 1993-2002, dan mencapai angka tertingginya pada tahun lalu.

Menurut laporan WMO yang menjelaskan tentang bahaya dari perubahan iklim, runtuhan glasier ekstrim dan kenaikan suhu laut -yang membuat air mengembang- menyebabkan kenaikan rata-rata permukaan laut sebesar 4,62mm antara tahun 2013-22. Angka tersebut dua kali lipatnya laju yang dicatat pada dekade pertama catatan mereka, yaitu 1993-2022.

Secara total, ada kenaikan sebesar lebih dari 10 cm sejak awal tahun 90an. Mereka memperingatkan bahwa tren itu bisa terjadi terus menerus selama seribu tahun.

"Kita sudah kalah dalam permainan glasier meleleh ini dan juga permainan kenaikan permukaan laut, jadi itu berita buruk," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas dalam sebuah konferensi pers.

Hal itu dikarenakan besarnya jumlah emisi rumah kaca yang sudah dikeluarkan, sehingga permukaan air akan terus naik selama 'ribuan tahun lamanya'.

Kenaikan permukaan laut mengancam kelangsungan kota-kota yang berada di pantai, serta negara-negara di dataran rendah, seperti kepulauan Tuvalu. Negara itu berencana membuat versi digital tanah airnya untuk persiapan seandainya mereka benar-benar tenggelam.

Laporan tahunan itu, yang dirilis sebelum Hari Bumi, juga menunjukkan bahwa bahwa lautan es di Antartika menyusut sampai ke angka terendahnya pada Juni dan Juli yang lalu.

Dalam laporan tersebut, lautan menjadi yang paling hangat, dan 58 persen permukaan laut mengalami gelombang panas laut.

Sekitar 15.000 orang tewas karena gelombang panas di Eropa tahun lalu, menurut laporan tersebut.

Taalas mengatakan bahwa pola cuaca ekstrim semacam itu akan terus berlanjut hingga tahun 2060-an, tak peduli apapun upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi emisi. Akan tetapi, masih ada kesempatan untuk mengubahnya, tambahnya.

"Berita baiknya adalah kita bisa mengalahkan tren negatif ini, bahkan mencapai target untuk membatasi kenaikan suhu sampai 1,5 Celsius," katanya, mengutip rencana iklim ambisius yang dicanangkan oleh G7, yang memungkinkan dunia untuk mencapai target temperatur seperti tertulis dalam Perjanjian Paris 2015.

Secara keseluruhan, WMO menyebutkan bahwa 2022 adalah tahun kelima atau keenam terpanas dalam catatan mereka, dengan temperatur global naik sebesar 1.15 Celsius dibandingkan rata-rata sebelum era industri, meski ada fenomena La Nina yang mendinginkan.

Para peneliti iklim memperingatkan bahwa bumi bisa menembus angka suhu global rata-rata baru pada tahun 2023 atau 2024 akibat perubahan iklim serta perkiraan fenomena El Nino yang akan datang.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top