Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Gawat! Eropa Jadi Epicentrum Covid-19, Satgas Ungkap Penyebabnya

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Satgas Covid-19 berpesan dalam kasus lonjakan kasus yang tragis di eropa menjadi bahan pembelajaran untuk rakyat Indonesia. Beberapa negara dengan lonjakan kasus positif Covid-19 yaitu Austria, Belanda, Belgia dan Jerman.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito memaparkan keempat negara tersebut pada awal 2020 telah menerapkan wajib lockdown dan wajib masker. Namun ketika kondisi kasus menurun di pertengahan Mei 2020, keempat negara itu melonggarkan pembatasan sehingga aktivitas sosial-ekonomi kembali normal dan masker tak jadi kewajiban.

"Imbas dari kebijakan itu terjadi kenaikan kasus Covid-19 hingga mencapai puncaknya pada akhir 2020. Dari keempat negara itu, Belgia menjadi yang paling signifikan dalam kenaikan kasus lantaran tidak menerapkan pembatasan aktivitas dan wajib masker saat awal terjadi lonjakan," ujar Wiku, Selasa (23/11).

Lambat laun, keempat negara tersebut kembali menerapkan kebijakan lockdown dan wajib masker untuk menahan laju penularan virus Corona.

"Setelah kasus menurun di 2021, empat negara ini melonggarkan pembatasan aktivitas dan kewajiban masker tak lagi seketat awal. Kebijakan ini bertahan selama delapan bulan dan menyebabkan lonjakan kasus tajam hingga lebih dari 180 kali lipat," jelas Wiku.

Sampai saat ini, kata Wiku, Austria, Belanda, dan Jerman kembali memberlakukan lockdown dan wajib masker kembali. Sementara Belgia tidak membuat kebijakan lockdown tapi menerapkan penggunaan masker yang ketat. Keputusan peraturan ini tidak mudah karena masyarakat menentang lockdown dengan menggelar aksi massa.

"Karena setahun ini terbiasa aktivitas normal dengan masker tak ketat. Namun karena cakupan vaksinasi dosis lengkap di empat negara ini cukup tinggi maka lonjakan kasus tajam saat ini tidak sebabkan pasien ICU dan lonjakan kematian. Berbeda dengan lonjakan pertama pada tahun lalu di mana belum ada vaksin. Lonjakan terjadi di pasien ICU dan kematian juga," paparnya.

Dengan demikian, Wiku menuturkan bahwa vaksin tidak berguna menahan lonjakan kasus jika tak dibarengi dengan penerapan disiplin protokol kesehatan.

Pandangannya, dari kenaikan di empat negara itu dapat mengambil pelajaran bahwa pembukaan aktivitas masyarakat yang terlalu tergesa-gesa dan tak hati-hati dapat akibatkan lonjakan kasus tajam.

"Penerapan kebijakan yang kurang tepat dapat memicu resistensi masyarakat terhadap perubahan kebijakan yang tiba-tiba, dan potensi menimbulkan ketidaknyamanan. Kepatuhan prokes terutama memakai masker sangat menekan laju penularan. Kebijakan bebas masker meski sudah vaksin tetap tak bijak untuk diterapkan karena masker tameng utama dalam pandemi covid," tutup Wiku.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Zulfikar Ali Husen

Komentar

Komentar
()

Top