Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Gawat! Covid-19 Belum Usai, Ancaman Mengerikan Datang dari India Telah Memakan Korban Lagi

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Bumi memiliki ancaman selain Covid-19, berupa perubahan iklim dan makin nyata terjadi di India. Benua biru itu kini mengalami kondisi panas ekstrim, dengan keadaan terpanas dalam 122 tahun terakhir.

Hal ini pun mengalami dampak yang cukup para pada produktivitas tanaman India. Hal tersebut terjadi di lumbung gandum, wilayah Uttar Pradesh, Punjab dan Haryana.

Dari panas yang terjadi berlebihan di Maret 2022, mengalami penurunan panen setidaknya 15-20% desa Khrongi. Lokasi tersebut berada 37 km dari pusat distrik Mainpuri di Uttar Pradesh.

"Panen gagal mencapai target karena cuaca panas dan kering," ujar seorang petani Satyendra Yadav di wilayah tersebut, yang dikutip dari media India, MoneyControl, Selasa (26/4).

Keterangan dari petani Punjab, mengaku mendapatkan hasil panen lebih rendah sebanyak 15%. Meski begitu di Haryana meski tak dijelaskan berapa persen penurunan.

Keterangan konsultan Dewan India untuk Penelitian Hubungan Ekonomi Internasional, Shweta Saini, suhu terlalu tinggi memang bertanggung jawab pada penurunan hasil panen petani. Seperti kebanyakan tanaman lainnya, gandum sangat rentan terhadap perubahan suhu.

Selama tahap penanaman biji-bijian, yang rata-rata mulai Maret di India, tanaman mengalami stres jika suhu rata-rata naik di atas 31 derajat Celcius. Dan hal tersebut telah ditujukan oleh studi ilmiah setempat.

"Hasilnya bisa turun 9-10% di beberapa daerah penanaman gandum," katanya.

"Tidak diragukan lagi suhu yang terlalu tinggi sebelum panen bertanggung jawab atas (fenomena) ini," lanjutnya.

Keterangan peneliti, ini bukan pertama kalinya terjadi. Sebelumnya cuaca panas yang mengacaukan panen rempat terjadi di 2010.

"Tidak ada keraguan bahwa peristiwa panas ekstrem meningkat di India," ujar Wakil Presiden Meteorologi dan Perubahan Iklim di Skymet Weather Services, Mahesh Palawat.

Sementara itu, penurunan hasil panen juga terjadi pada beras. Ini disebut akibat perubahan pola curah hujan di bulan-bulan monsun.

"Curah hujan yang sangat tinggi yang diselingi dengan musim kemarau yang panjang juga mempengaruhi budidaya padi," kata Saini.

Ia mengatakan jika tren ini terus berlanjut, negara itu harus merumuskan kebijakan yang memastikan bahwa ketahanan nutrisinya tidak terganggu. Hal ini mungkin dapat dilakukan dengan mempromosikan tanaman lain yang memiliki nilai gizi lebih tinggi.

"Kita harus menanam padi dan gandum dalam jumlah besar setidaknya untuk satu dekade lagi. Tidak ada jalan keluar dari itu," tambahnya.

"Karena keadaan darurat iklim akan secara bertahap berdampak pada produktivitas biji-bijian, sudah saatnya strategi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan ... dikembangkan," tutupnya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Zulfikar Ali Husen

Komentar

Komentar
()

Top