Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Gawat Apabila Terus Terjadi! Pemerintah Masih Bungkam, Saksi Ungkap Lebih dari 200 Orang 'Dibunuh Seperti Ayam' dalam Serangan Etnis Ethiopia

Foto : Al Jazeera

Ilustrasi

A   A   A   Pengaturan Font

Seorang saksi mengatakan lebih dari 100 orang yang sebagian besar berasal dari kelompok etnis Amhara, tewas dalam serangan di wilayah Oromia di Ethiopia. Sebuah serangan yang disebut paling mematikan baru-baru ini. Sementara dua saksi lain menuturkan jumlah orang tewas dalam insiden itu mencapai lebih dari 200 orang.

Dikutip Al Jazeera, Pemerintah Daerah di Oromia mengkonfirmasi serangan itu tetapi tidak memberikan rincian tentang jumlah korban. Sementara, pemerintah pusat di Addis Ababa tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar

"Saya telah menghitung 230 mayat. Saya khawatir ini adalah serangan paling mematikan terhadap warga sipil yang pernah kita lihat dalam hidup kita," Abdul-Seid Tahir, seorang penduduk daerah Gimbi, mengatakan kepada kantor berita The Associated Press setelah nyaris lolos dari serangan pada hari Sabtu (19/6).

"Kami mengubur mereka di kuburan massal, dan kami masih mengumpulkan mayat. Unit tentara federal sekarang telah tiba, tetapi kami khawatir serangan itu dapat berlanjut jika mereka pergi," tambahnya.

Saksi lain, yang hanya memberikan nama depannya karena khawatir akan keselamatannya, Shambel, mengatakan bahwa komunitas Amhara setempat sekarang mati-matian berusaha untuk dipindahkan ke tempat lain "sebelum insiden pembunuhan massal terjadi".

Shambel mengatakan etnis Amhara yang telah menetap di Oromia selama 30 tahun kembali sekarang "dibunuh seperti ayam".

Atas insiden itu, seorang saksi mata menyalahkan Tentara Pembebasan Oromo (OLA) sebagai pelaku serangan.

"Seluruh keluarga saya terbunuh. Tidak ada yang selamat," saksi Abdu Hassen, mengatakan kepada kantor berita DPA, seperti dikutip Al Jazeera.

"Saya mendengar sekitar 300 mayat ditemukan sejauh ini. Tetapi pengumpulan mayat belum dimulai di dua desa sehingga bisa jauh lebih tinggi," tambahnya.

Sebelumnya, Perdana Menteri Abiy Ahmed telah mengutuk apa yang disebutnya sebagai "tindakan mengerikan" di Oromia.

"Serangan terhadap warga sipil tak berdosa dan perusakan mata pencaharian oleh pasukan ilegal dan tidak teratur tidak dapat diterima," katanya di Twitter.

Namun Ahmed tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai serangan itu.

Sementara, Juru bicara OLA Odaa Tarbii membantah tuduhan itu, mengklaim dalam sebuah tweet bahwa pemerintah Abiy sekali lagi menyalahkan OLA atas kejahatan yang telah dilakukannya sendiri.

"Serangan yang Anda maksudkan dilakukan oleh militer rezim dan milisi lokal saat mereka mundur dari kamp mereka di Gimbi setelah serangan kami baru-baru ini," katanya dalam sebuah pesan kepada AP.

"Mereka melarikan diri ke daerah yang disebut Tole, di mana mereka menyerang penduduk setempat dan menghancurkan properti mereka sebagai pembalasan atas dukungan yang mereka rasakan untuk OLA. Pejuang kami bahkan belum mencapai daerah itu ketika serangan terjadi," tambahnya.

Al Jazeera melaporkan Ethiopia mengalami ketegangan etnis yang meluas di beberapa wilayah, sebagian besar karena keluhan sejarah dan ketegangan politik. Adapun serangan itu terjadi ketika perselisihan etnis mengancam untuk memecah negara terpadat kedua di Afrika. Pertempuran yang meletus pada tahun 2020 di wilayah Tigray utara meluas ke wilayah tetangga Afar dan Amhara tahun lalu.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top