Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Gawat Ancaman di Depan Mata! Negara Asia Ini Diramal Ikuti Jejak Sri Lanka, Sinyal Kebangkrutan?

Foto : SOPA Images/LightRocket/Getty Images

Ilustrasi warga Bangladesh

A   A   A   Pengaturan Font

Bangladesh diprediksi akan menyusul Sri Lanka lantaran krisis ekonomi yang mengancam negara itu. Ini seiring cadangan devisa Bangladesh yang dilaporkan mengalami penurunan drastis karena tagihan impor yang meningkat.

Tak main-main, pertama kali dalam dua tahun, cadangan devisa sudah turun di bawah 40 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan, pemerintah Bangladesh didorong untuk mencari utang dari badan-badan global, termasuk Dana Moneter Internasional (IMF).

Bangladesh meminta pinjaman sebesar 4,5 miliar dolar AS. Dengan begitu, Bangladesh menjadi negara ketiga yang melakukan peminjaman di Asia Selatan, setelah Sri Lanka dan Pakistan.

Di sisi lain, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina menekankan negaranya tidak akan menghadapi situasi seperti krisis ekonomi di Sri Lanka. Menurutnya, meski pemerintah telah mencari pinjaman dari badan-badan global, ekonomi Bangladesh tetap kuat walaupun terdampak pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.

Ekonomi Bangladesh senilai 416 miliar dolar AS telah menjadi salah satu yang tumbuh paling cepat di dunia selama bertahun-tahun. Namun, cadangan devisa yang berkurang karena tagihan impor yang meningkat.

"Bangladesh selalu tepat waktu (dalam membayar) utang kami. Tingkat utang kami sangat rendah dalam konteks Sri Lanka," kata Hasina, dalam wawancara dengan ANI, dikutip dari Reuters, Selasa (6/9).

"Beberapa pihak telah mengangkat masalah ini bahwa Bangladesh akan menjadi Sri Lanka, tetapi saya dapat memastikan bahwa itu tidak akan terjadi," tambahnya.

Sementara itu, Sri Lanka mencapai kesepakatan awal dengan IMF untuk pinjaman sekitar 2,9 miliar dolar AS. Ini setelah negara itu jatuh ke dalam krisis karena salah urus ekonomi dan pandemi Covid-19 menghapus industri pariwisata utamanya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top