Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Resesi Global I Program Bangga Buatan Indonesia harus semakin digencarkan

Garap Serius Sumber-Sumber Baru Pertumbuhan Ekonomi

Foto : ANTARA/MAULANA SURYA

PEMBERDAYAAN UMKM SEBAGAI SUMBER BARU PERTUMBUHAN EKONOMI I Perajin menunjukkan proses pembuatan kain rajut saat bazar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) seni Solo Art Market (SAM) di kawasan Ngarsopuro, Solo, Jawa Tengah, Minggu (8/1). UMKM harus lebih intensif didorong agar tercipta sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund, IMF) mengingatkan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun yang sulit bagi sebagian besar ekonomi dunia. Penyebabnya, tiga mesin pertumbuhan global, yaitu Amerika Serikat (AS), Tiongkok, dan Eropa semuanya melambat. Bahkan Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, memperkirakan sepertiga dari ekonomi dunia akan berada dalam resesi.

Namun, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, optimistis perekonomian Indonesia tidak akan masuk dalam jurang resesi sebagaimana sinyalemen IMF. Karena hingga akhir 2022, kondisi perekonomian nasional masih terjaga. Hal itu terefleksi dari realisasi pertumbuhan ekonomi hingga triwulan III sebesar 5,72 persen dan diharap berlanjut hingga akhir tahun.

Meski demikian, pemerintah jangan terlena dengan keyakinannya. Pemerintah harus bisa mencari sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi yang selama ini kurang serius digarap atau bahkan belum sama sekali.

Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, pada malam Apresiasi Media yang diselenggarakan Kementerian Keuangan di Jakarta, akhir pekan lalu, mengatakan mau tidak mau, Indonesia harus bisa menggali sumber-sumber pertumbuhan yang baru.

"Ke depan, harus bisa menciptakan sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi, seperti terus mendorong produk lokal, keberpihakan yang lebih jelas ke Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar bisa semakin berperan dalam perekonomian nasional, hilirisasi sumber daya alam, dan serius menggarap sumber ekonomi hijau," kata Suahasil.

Menanggapi hal itu, Direktur Celios (Center of Economic and Law Studies), Bhima Yudhistira, mengatakan bahwa potensi UMKM cukup besar bagi ekonomi, namun hanya 18 persen UMKM yang berorientasi ekspor.

Pemerintah perlu mendorong kualitas UMKM melalui program pendampingan hingga fasilitas pabrik bersama. UMKM yang berorientasi ekspor termasuk ke pasar alternatif perlu diberi bunga yang lebih rendah dan plafon yang tinggi dalam skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) berorientasi ekspor.

Sementara itu pemulihan ekonomi domestik dan pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) bisa dimanfaatkan pemerintah dengan menggandeng UMKM untuk lakukan berbagai kegiatan.

"Animo masyarakat sedang tinggi untuk belanja rekreasi. Jadi, momentum kebangkitan UMKM di bidang pariwisata dan industri kreatif jangan dilewatkan," ujar Bhima.

Ekonom Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B Suhartoko, mengatakan khusus untuk UMKM, tahun 2023 ini, jika pemerintah menginginkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen maka sumber pertumbuhan ekonomi seperti UMKM harus lebih intensif didorong dan diberi pendampingan yang intens.

"Lalu, memperluas ruang pemasaran seperti penggunakan platform digital. Produk-produk UMKM harus menguasai platform digital, jangan produk asing seperti selama ini," katanya.

Selain itu, perlu sisi lobi dan difasilitasi untuk pembelian bahan baku dalam jumlah besar dengan mengorganisir UMKM sejenis," ucap Suhartoko.

Kemudian, pembelian bahan baku dalam jumlah besar untuk menciptakan skala ekonomi yang efisien bagi UMKM.

"Program Bangga Buatan Indonesia harus semakin digencarkan. Dalam jangka menengah dan panjang, peningkatan nilai tambah bagi komoditi primer melalui penguatan industri manufaktur perlu dilakukan," ungkapnya.

Hal lain tentunya adalah investasi, baik penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN). Pemberian insentif pajak dan subsidi akan menjadi daya tarik investor untuk memanfaatkannya.

Pengembangan Biodiesel

Untuk menggali sumber pertumbuhan baru di bidang energi hijau, pengajar Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Purkan, mengatakan kekayaan minyak bumi di Indonesia mulai menurun dari tahun ke tahun sehingga perlu mulai dipikirkan menggunakan renewable energy, misalnya dengan fokus pengembangan biodiesel. Dengan potensi energi terbarukan yang ada seperti mikroalga, ini akan menjadi salah satu jalan keluar sekaligus sumber pertumbuhan baru.

"Sebagai negara perairan, memungkinkan Indonesia untuk menjadi media pembiakan mikroalga. Saat ini, mikroalga belum banyak dimanfaatkan dengan baik, padahal mikroalga dapat dikultur dengan mudah untuk mendapatkan biomassa sel sebagai sumber ekstrak lipid atau langsung digunakan untuk produksi biodiesel. Yang paling penting adalah memanfaatkan biodiversitas alam yang belum termanfaatkan dan berpotensi.

Ke depan, perlu dibuat suatu sentral-sentral yang dapat meningkatkan pemanfaatan biodiesel bekerja sama dengan sentral-sentral lembaga riset atau langsung pusat-pusat produksi yang dinaungi oleh pemerintah supaya dapat dieksplor biodiesel itu dari mikroalga dan langsung bisa diterapkan.

Dengan cara, in-situ sel mikroalga yang dikeringkan diberi tambahan metanol dan katalis. Kemudian, diberi treatment dan langsung membentuk biodiesel. Sedangkan untuk cara ex-situ, sel diberi treatment kering mikroalga di ekstrak lipid-nya terlebih dahulu untuk mendapatkan minyak. Selanjutnya, minyak tersebut diubah menjadi biodiesel melalui penambahan metanol dan katalis," ujarnya.


Redaktur : M. Selamet Susanto
Penulis : Marcellus Widiarto, Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top