Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Galon Sekali Pakai Perparah Pencemaran Mikroplastik

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Penggunaan galon air minum sekali pakai diklaim lebih aman karena bebas dari bahan berbahaya polyethylene terephthalate (PET). Namun dari sisi lingkungan penggunaan bahan ini dapat menambah jumlah sampah plastik yang cukup berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

Galon sekali pakai dapat menambah jumlah mikroplastik, potongan plastik yang sangat kecil kurang dari 5 mm. Mikroplastik dapat ditelan organisme-organisme hingga akhirnya mengalami bioakumulasi pada predator puncak, termasuk manusia.

Peneliti dari Ecoton Indonesia, Andreas Kristanto, mengatakan, hasil penelitian Ecoton, terhadap relawan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, Malang, menemukan per 10 gram feses manusia terdapat 10,78 partikel mikroplastik.

"Bahan mikroplastik masuk ke tubuh manusia yang bersumber dari ikan yang dikonsumsi. Mikroplastik ada di mana-mana. Di sungai, mikroplastik ada lebih banyak daripada plankton, sehingga ikan turut mengonsumsi mikroplastik," ujar dia melalui siaran pers Sabtu (2/1).

Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) Tiza Mafira, mengatakan perusahaan galon sekali pakai harus bertanggung jawab dan harus berperan aktif untuk mengurangi sampah plastik. "Mereka harus berhenti memanfaatkan situasi pandemi untuk menyebarkan ketakutan terhadap kemasan ulang," ujar

Sementara Juru Kampanye Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi mengatakan, saat ini sudah ada payung hukum untuk mengatur tanggung jawab industri atas permasalahan sampah plastik, salah satunya dengan pengelolaan daur ulang.

Lewat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 75/2019, perusahaan diwajibkan mengurangi 30 persen sampah mereka di tahun 2029. Tapi sayangnya penerapannya hingga saat ini masih sangat kurang.

"Mereka masih menggantungkan sektor informal seperti pemulung dan pengepul. Harusnya di tahun 2021 perusahaan sudah harus memulai upaya untuk mengurangi sampah dari kemasan plastik yang dihasilkannya," ujar dia.

Atha juga mengingatkan bahwa seharusnya pengurangan (reduce) didulukan sebelum daur ulang (recycle). Perusahaan juga harus membuka data daur ulangnya sebesar-besarnya sehingga dapat terlihat apakah sudah seimbang antara plastik yang didaur ulang dan diproduksi. Hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top