Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemanasan Global I Indonesia Miliki Potensi EBT 3.600 Giga Watt

G20 Didesak Prioritaskan Energi Surya

Foto : ISTIMEWA

Direktur Eksekutif, Institute for Es­sential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa dalam webinar bertajuk “Shine Bright: Advancing G20 Solar Leader­ship” yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis (27/10) mengatakan de­sakan ke negara G20 itu, karena mereka memiliki tanggung jawab besar untuk menekan pemanasan global. Nega­ra G20 berkontribusi hingga 80 persen emisi CO2 dari pemakaian energi.

A   A   A   Pengaturan Font

Lembaga think-tank IESR mengestimasi potensi PLTS di Indonesia bisa mencapai sekitar 3 ribu - 20 ribu Gigawatt-peak (GWp), sehingga berpotensi menjadikan Indonesia sebagai Solar Power House di Asia Tenggara.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan meski Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan hingga sebesar 3.600 Giga Watt (GW), di mana 89 persennya berasal dari surya, namun pemerintah tidak akan mengganti hutan yang ada untuk ditanami papan panel surya.

"Indonesia diberkahi dengan berbagai macam sumber energi baru terbarukan, lebih dari 3.600 GW tersebar di seluruh negeri di mana 89 persennya berasal dari surya. Tapi kita harus hati-hati. Kita tidak perlu mengganti hutan kita dengan papan panel surya. Kita harus menjaganya dengan hati-hati," katanya.

Seperti dikutip dari Antara, Arifin menuturkan di dalam peta jalan transisi energi Indonesia, energi surya akan memegang peranan penting dalam memenuhi pasokan pembangunan listrik nasional. Hal itu lantaran sekitar 21 GW dari total 700 GW kapasitas energi baru terbarukan berasal dari energi surya.

Meski berkomitmen untuk menjalankan ekonomi rendah karbon sekaligus mendukung target NZE pada 2060 atau lebih cepat, Arifin menyebutkan peran sumber energi tidak terbarukan seperti gas alam memegang peranan penting untuk dikembangkan sebagai jembatan sebelum teknologi EBT mencapai skala ekonomi dan komersial.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top