Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sengketa LTS I Menlu AS, Jepang, dan Filipina Kritik Perilaku Agresif Tiongkok di LTS

Filipina Kecam Pemasangan "Barikade Apung" oleh Tiongkok

Foto : AFP/Ted ALJIBE

Barikade Apung I Perahu nelayan Filipina berlayar tak jauh dari kapal milisi Tiongkok dekat perairan sengketa Scarborough Shoal di LTS pada Rabu (20/9) pekan lalu. Pada Minggu (24/9), Filipina menuduh kapal Tiongkok telah memasang barikade apung di Scarborough Shoal ini.

A   A   A   Pengaturan Font

MANILA - Filipina pada Minggu (24/9) menuduh Penjaga Pantai Tiongkok memasang "barikade apung" di wilayah sengketa Laut Tiongkok Selatan (LTS), dengan mengatakan bahwa benda itu telah mencegah warga Filipina memasuki dan menangkap ikan di wilayah tersebut.

"Penjaga Pantai dan Biro Perikanan dan Sumber Daya Perairan Filipina mengutuk keras pemasangan barikade oleh Tiongkok di wilayah Scarborough Shoal. Barikade apung itu menghalangi para nelayan kami masuk ke perairan dangkal tersebut dan membuat mereka kehilangan aktivitas mencari ikan dan mata pencaharian mereka," tulis juru bicara Penjaga Pantai Filipina, Komodor Jay Tarriela, di media sosialX.

"Kami (Penjaga Pantai Filipina) akan terus bekerja sama dengan semua lembaga pemerintah terkait untuk mengatasi tantangan ini, menegakkan hak maritim kita dan melindungi domain maritim kita," imbuh dia.

Hingga berita ini ditulis pada Minggu malam, pihak Kedutaan Besar Tiongkok di Manila belum memberikan komentar.

Tiongkok mengklaim 90 persen wilayah LTS, yang tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif Vietnam, Malaysia, Brunei, Indonesia, dan Filipina.

Beijing merebut Scarborough Shoal pada 2012 dan memaksa nelayan dari Filipina melakukan perjalanan lebih jauh untuk mendapatkan tangkapan ikan yang lebih kecil.

Beijing mengizinkan nelayan Filipina untuk kembali ke perairan dangkal yang tidak berpenghuni ketika hubungan bilateral membaik di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte, namun kemudian ketegangan kembali meningkat sejak pengganti Duterte yaitu Presiden Ferdinand Marcos Jr menjabat pada 2022.

Dalam keterangannya, Komodor Tarriela mengatakan bahwa petugas Penjaga Pantai Filipina dan biro perikanan menemukan barikade apung yang panjangnya diperkirakan 300 meter, saat melakukan patroli rutin pada Jumat (22/9) pekan lalu, terpasang di dekat perairan dangkal yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai Bajo de Masinloc.

"Tiga perahu karet Penjaga Pantai Tiongkok dan satu perahu layanan milisi maritim Tiongkok memasang barikade itu ketika kapal Filipina tiba," kata Tarriela.

Nelayan Filipina mengatakan Tiongkok biasanya memasang barikade seperti itu ketika mereka memantau sejumlah besar nelayan di wilayah tersebut, kata Komodor Tarriela, seraya mengatakan bahwa selain memasang barikade apung, kapal-kapal Tiongkok juga kerap mengeluarkan tantangan radio dan menuduh kapal dan nelayan Filipina telah melanggar hukum internasional dan Tiongkok.

Pertemuan Trilateral

Sementara itu di New York, Amerika Serikat (AS), para menteri luar negeri dari AS, Jepang, dan Filipina, pada Jumat (22/9) lalu bertemu di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB, dan ke-3 negara itu melontarkan kecaman terhadap Tiongkok atas nya di LTS.

AS, Jepang, dan Filipina, dalam pertemuan trilateral itu terutama mengkritik Tiongkok karena kapal-kapal mereka terus membayangi misi pasokan Manila ke pos militer terpencil di LTS yang disengketakan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengatakan para menlu itu menegaskan kembali komitmen mereka untuk mendorong perdamaian dan stabilitas di LTS dan Laut Tiongkok Timur (LTT), di mana Beijing mempunyai klaim teritorial yang bersaing dengan Filipina dan Jepang. ST/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top