![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
FDA Berikan Lampu Hijau Obat Malaria Terbaru
Foto: istimewaWASHINGTON DC - Obat baru untuk mengobati penyakit malaria vivax, atau penyakit malaria berulang telah disetujui oleh Dinas Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat (AS). Penyakit tersebut diakibatkan oleh parasit plasmodium vivax yang telah menyebabkan 8,5 juta orang di dunia sakit setiap tahunnya.
Malaria ini merupakan sebuah tantangan karena dapat tetap menetap di dalam organ hati pasien selama bertahun-tahun sebelum akhirnya menjadi aktif kembali.
Para ilmuwan menyebut tafenoquine, nama obat tersebut itu, sebuah pencapaian yang luar biasa. Namun meskipun begitu, pemerintah di seluruh dunia saat ini masih melihat perkembangan selanjutnya mengenai apakah obat tersebut dapat direkomendasikan di negara mereka.
Malaria vivax adalah jenis malaria yang paling umum terjadi di luar Afrika Sub-Sahara. Anak-anak sangat berisiko terkena penyakit ini dan biasanya orang yang terinfeksi tidak menyadari menjadi perantara penyakit tersebut.
Namun ketika parasit itu aktif di dalam tubuh, seekor nyamuk dapat menularkan parasit tersebut ke orang lain. Hal itulah yang menjadikannya sulit untuk menghilangkannya di seluruh dunia.
Tafenoquine yang telah disetujui saat ini dikatakan dapat membuat parasit keluar dari persembunyiannya di dalam hati dan mencegah terjadinya penyebaran parasit ini ke pada orang lain.
Sebelumnya telah ada obat yang dapat digunakan untuk menyingkirkan penyakit malaria yang bersembunyi di dalam hati bernama primaquine. Namun berbeda dengan tafenoquine yang hanya memerlukan dosis tunggal dan sesuai kebutuhan, primaquine harus diminum rutin selama 14 hari.
Efek Samping
FDA mengatakan meskipun obat ini efektif dan telah disetujui pemakaiannya di AS, namun terdapat efek samping yang harus diperhatikan. Semisalnya, orang dengan masalah enzim atau yang disebut dengan defisiensi G6PD, tidak boleh mengonsumsi obat ini karena dapat menyebabkan anemia berat.
Pemerintah pun meminta untuk terus diujicobakan sebelum diberikan ke pada daerah-daerah yang sering kali terjadi kasus malaria vivax ini.
Ketakutan sepertinya ada gangguan kejiwaan atau parasit yang akan aktif kembali pun karena pemakaian obat ini tidak dipungkiri, namun tafenoquine merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa dan dapat membantu mengurangi jumlah kasus malaria vivax di dunia.
"Kemampuan untuk menyingkirkan parasit di hati dengan dosis tunggal tafenoquine adalah pencapaian yang fenomenal dan dalam pikiran saya itu merupakan salah satu kemajuan paling signifikan dalam pengobatan malaria di 60 tahun terakhir," ujar Profesor Ric Price dari Universitas Oxford.
Sementara itu, Dr Hal Barron selaku Presiden Penelitian dan Pengembangan GSK, perusahaan yang memproduksi obat-obatan mengatakan bahwa tafenoquine adalah tonggak penting untuk penderita malaria berulang ini.
Sebenarnya, tafenoquine telah ada sejak era '70-an sebagai obat-obatan untuk malaria. GSK kamudian memulihkan obat tersebut untuk menyingkirkan parasit malaria di hati.
- Baca Juga: Amerika Mulai “Usirin” Imigran
- Baca Juga: Banjir Hebat Melanda Kawasan Jardim Pantanal di São Paulo
gma/BBC/I-1
Redaktur: Ilham Sudrajat
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Kepala Otorita IKN Pastikan Anggaran untuk IKN Tidak Dipangkas, tapi Akan Lapor Menkeu
- 2 Presiden Prabowo Pastikan Pembangunan IKN Akan Terus Berlanjut hingga 2029
- 3 SPMB Harus Lebih Fleksibel daripada PPDB
- 4 Danantara Jadi Katalis Perekonomian Nasional, Asalkan...
- 5 Peningkatan PDB Per Kapita Hanya Dinikmati Sebagian Kecil Kelompok Ekonomi