FAO Serukan Tindakan Mendesak Untuk Atasi Kelaparan di Darfur, Sudan
Logo FAO.
Foto: Antara/HOJenewa - Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyerukan tindakan mendesak di Sudan karena kondisi kelaparan dipastikan terjadi di beberapa bagian Darfur berdasarkan laporan penilaian keamanan pangan terbaru.
"Kami tengah menyaksikan kondisi kelaparan yang mengerikan di beberapa wilayah Darfur Utara dan meningkatnya risiko kelaparan di pemukiman lain dan wilayah yang terkena dampak konflik, terutama di Darfur, Kordofan Selatan, Khartoum, dan Al Jazirah," kata Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu dalam pernyataan, Senin.
Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) menemukan bahwa kondisi kelaparan masih terjadi di kamp Pengungsi Dalam Negeri (IDP) Zamzam yang menampung 500.000 pengungsi di luar kota El Fasher di Darfur.
IPC mencatat Sudan mengalami tingkat terburuk kerawanan pangan akut yang pernah tercatat dengan 755.000 orang menghadapi kelaparan.
Lebih dari separuh populasi, 25,6 juta orang, berada dalam kondisi krisis atau lebih buruk, sementara 755.000 orang menghadapi kerawanan pangan bencana di 10 negara bagian, termasuk lima negara bagian Darfur Raya, serta negara bagian Kordofan Selatan dan Utara, Nil Biru, Al Jazirah, dan Khartoum.
FAO mendesak penghentian segera permusuhan, peningkatan cepat bantuan pangan, nutrisi, dan uang tunai yang menyelamatkan nyawa serta bantuan pertanian darurat.
"Kami telah membunyikan peringatan tentang bencana yang mengancam ini, namun karena konflik yang sedang berlangsung dan terbatasnya akses kemanusiaan, masyarakat ini masih belum mendapatkan dukungan langsung yang mereka butuhkan," ucap Qu.
Menyadari bahwa kelaparan dapat dihentikan, ia mengatakan bahwa penghentian permusuhan segera dapat menjadi langkah awal yang penting untuk itu.
"Perdamaian merupakan prasyarat bagi ketahanan pangan, dan hak atas pangan merupakan hak asasi manusia yang mendasar," tambahnya.
Sudan sangat bergantung pada pertanian dengan hampir 65 persen penduduknya bekerja di sektor tersebut. Namun, mata pencaharian pedesaan dan sistem agrifood tersebut sedang berada di garis depan konflik.
Badan PBB tersebut mengingatkan tingkat kerawanan pangan di negara tersebut kemungkinan akan semakin diperburuk oleh curah hujan dan suhu yang di atas rata-rata yang diprediksi terjadi di negara bagian selatan dan tengah Sudan akibat kondisi La Nina yang diproyeksikan terjadi pada Agustus-September.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Pemulangan Warga Terus Dilakukan, Kemlu: 91 WNI yang Dievakuasi dari Suriah Tiba di Tanah Air
- Ribuan Mantan Anggota Jamaah Islamiyah Deklarasi Pembubaran di Solo
- Denny JA Rumuskan 6 Prinsip Emas Spiritualitas di Era AI
- Warga Diminta Waspada, Gunung Ibu di Halmahera Barat Sudah Dua Kali Erupsi
- Meningkat, KCIC Sebut 100 Ribu Tiket Whoosh Terjual Untuk Momen Natal dan Tahun Baru