Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebutuhan Pokok I Diperkirakan 600 Juta Kasus Penyakit Bawaan Makanan Tiap Tahun

FAO Ajak Semua Pihak Jaga Keamanan Pangan

Foto : ISTIMEWA

RAJENDRA ARYAL Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste - Kita harus ingat bahwa tidak ada ketahanan pangan tanpa keamanan pangan.

A   A   A   Pengaturan Font

» Sekitar 420 ribu orang di dunia meninggal tiap tahun setelah makan makanan yang terkontaminasi.

» Lebih dari 200 penyakit disebabkan makanan yang terkontaminasi bakteri, virus, parasit atau zat kimia.

JAKARTA - Organisasi Pangan Sedunia (FAO) bersama Badan Pangan Nasional (BPN) mengajak semua pihak untuk terlibat dan berkolaborasi dalam upaya menjaga keamanan pangan karena berdampak pada kesehatan masyarakat secara umum.

Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal, pada peringatan Hari Keamanan Pangan Sedunia (HKPS) 2022 di IPB International Convention Centre (IICC), Bogor, Selasa (7/6), mengatakan keamanan pangan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Bukan hanya kesehatan fisik seseorang, melainkan juga hewan dan lingkungan.

"Kita harus ingat bahwa tidak ada ketahanan pangan tanpa keamanan pangan. Hanya ketika pangan aman, itu akan memenuhi kebutuhan nutrisi dan membantu kita hidup aktif dan sehat serta anak-anak tumbuh dan berkembang," ungkap Aryal.

Dia mengatakan, setiap tahun di dunia diperkirakan 600 juta kasus penyakit bawaan makanan. Makanan yang tidak aman tersebut merupakan ancaman bagi kesehatan dan ekonomi manusia.

Ketidakamanan pangan secara tidak proporsional juga mempengaruhi orang-orang yang rentan dan terpinggirkan, terutama perempuan dan anak-anak serta populasi yang terkena dampak konflik, dan kaum migran.

Diperkirakan 420 ribu orang di seluruh dunia, meninggal setiap tahun setelah makan makanan yang terkontaminasi. Pada anak-anak di bawah usia 5 tahun kini membawa 40 persen dari beban penyakit bawaan makanan, dengan 125 ribu kematian setiap tahun.

Saat ini, papar Aryal, beban kesehatan masyarakat akibat penyakit bawaan makanan sudah sebanding dengan malaria atau HIV AIDS. Lebih dari 200 penyakit disebabkan oleh makan makanan yang terkontaminasi bakteri, virus, parasit atau zat kimia seperti logam berat.

Kepala Badan Pangan Nasional (BPN), Arief Prasetyo Adi, saat membuka peringatan HKPS 2022 mengajak semua pihak untuk membangun kesadaran pangan yang aman.

"Saya mengajak semua yang bergerak di bidang pangan untuk mengambil peran pada bidang tugasnya masing-masing dalam mewujudkan keamanan pangan karena keamanan pangan adalah penting," ujar Arief.

Pemahaman dan pengetahuan mengenai keamanan pangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, BPN menggandeng para pakar ketahanan pangan, termasuk akademisi IPB, untuk mengedukasi masalah tersebut.

Peringatan HKPS merupakan momentum menguatkan kesadaran bersama akan pentingnya keamanan pangan bagi kesehatan manusia.

Peneliti Ekonomi Indef, Nailul Huda, mengatakan kolaborasi dan ajakan pemerintah untuk lebih menjaga lingkungan secara umum sangat positif agar keamanan pangan semakin baik.

"Keamanan pangan kita saat ini masih jauh dari kata aman," kata Nailul.

Peringkat keamanan pangan global Indonesia masih di angka 69 dari 113 negara atau kalah dibandingkan Thailand, Malaysia, Vietnam, Singapura, dan Filipina," katanya.

Masalah supply dan harga menjadi salah satu penyebab keamanan pangan Indonesia kurang bagus.

"Harga kedelai naik, semua harga pangan ikut naik juga. Jadi, supply kita masih sangat terbatas," katanya.

Lakukan Penelitian

Sementara itu, Pengamat Agroindustri dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Maya Shovitri, mendukung segala bentuk upaya memperkuat ketahanan dan keamanan pangan. Salah satunya dengan mendorong berbagai upaya penelitian Agri- Pangan dan Bioteknologi.

"Akhir-akhir ini, ketahanan dan industri pangan menjadi salah satu isu yang menantang karena menyangkut dengan kebutuhan primer masyarakat Indonesia. Untuk itu, perlu didorong lewat berbagai penelitian dengan harapan kebutuhan pangan dapat dipenuhi secara internal tanpa bergantung pada komoditas impor," kata Maya.

Dengan adanya pengembangan teknologi dan peningkatan kualitas standardisasi melalui hasil-hasil penelitian yang akan datang diharapkan dapat meningkatkan jumlah komoditas ekspor pangan sebagai sumber devisa negara.

"Banyak yang bisa dilakukan seperti pusat penelitian kami melakukan teknologi smart farming, aplikasi bioteknologi, teknologi pengolahan pangan dan obat baru, rekayasa lingkungan, dan teknologi alat pertanian," pungkas Maya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top