Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Keyakinan Konsumen - IKK di Jawa Naik, sedangkan di Kalimantan dan Sulawesi turun

Ekspektasi akan Ekonomi Membaik

Foto : Sumber: Bank Indonesia – Litbang KJ/and
A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Tingkat kepercayaan konsumen terhadap kondisi perekonomian pada Juli lalu meningkat. Peningkatan optimisme tersebut, terutama didorong oleh membaiknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi kegiatan usaha dan penghasilan, serta ketersediaan lapangan kerja dalam enam bulan mendatang.

Berdasarkan hasil survei konsumen Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juli 2017 naik 1,0 poin dari bulan sebelumnya menjadi sebesar 123,4. Kenaikan IKK terjadi pada hampir semua kategori tingkat pengeluaran responden, terutama responden dengan tingkat pengeluaran 3-4 juta rupiah dan 1-2 juta rupiah per bulan.

Di sisi lain, optimisme responden dengan tingkat pengeluaran diatas lima juta rupiah per bulan menurun 3,3 poin. Peningkatan IKK pada Juli 2017 terutama terjadi di sejumlah kota di Pulau Jawa, seperti Bandung (5,3 poin), DKI Jakarta (3,5 poin), Surabaya (2,3 poin), dan Semarang (2,1 poin).

Sementara itu, IKK di beberapa kota di Kalimantan dan Sulawesi cenderung turun. Research Analyst perusahaan finansial FXTM, Lukman Otunuga, menyatakan pentingnya berbagai pihak untuk meningkatkan kegairahan keyakinan konsumen Indonesia. Sebab, hal tersebut menunjukkan optimisme kondisi perekonomian.

"Konsumen Indonesia lebih bergairah di bulan Juli dan menunjukkan optimisme mengenai aktivitas usaha, ketersediaan lapangan kerja, dan keyakinan upah pada tengah tahun kedua 2017," kata Lukman Otunuga, di Jakarta, Rabu (9/8).

Menurut Lukman, karena kenaikan keyakinan konsumen menggambarkan stabilitas ekonomi yang membaik maka Indeks Harga Saham Gabungan juga menunjukkan penguatan pada sesi perdagangan hari sebelumnya.

Konsumsi Direm

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto, mengatakan kelas menengah atas cenderung menahan belanja sehingga menahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2017. "Terdapat indikasi kelas menengah atas menahan belanja," kata Suhariyanto dalam jumpa pers, di Jakarta, awal pekan ini.

Suhariyanto mengatakan indikasi tersebut terlihat dari jumlah tabungan yang meningkat, transaksi kartu debit yang melambat serta penjualan mobil maupun sepeda motor yang melemah. Kondisi yang sama terjadi di kelas menengah bawah yang juga ikutikutan menahan belanja, sebagai dampak dari turunnya nilai riil dari upah petani maupun buruh bangunan.

Sebelumnya, ekonom senior dari Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, menilai lesunya konsumsi masyarakat dan swasta domestik saat ini karena meningkatnya ketidakpastian dari ekonomi global, terutama karena menurunnya prospek perbaikan ekonomi AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

bud/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Vitto Budi, Antara

Komentar

Komentar
()

Top