Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Ekonom: Inflasi akan Bertahan Dua Kali Lipat dari Target The Fed

Foto : Istimewa

Ekonom AS, El-Erian, juga khawatir bahwa inflasi inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi yang fluktuatif, akan sulit diturunkan karena bisnis cenderung tidak memotong harga setelah dinaikkan.

A   A   A   Pengaturan Font

Beberapa sektor ekonomi lebih mudah dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga daripada yang lain. Properti contohnya, ketika The Fed menaikkan suku bunga, suku bunga hipotek mengikuti, dan itu meningkatkan biaya pembelian rumah. Properti adalah sektor di mana bank sentral dapat memiliki dampak langsung, yang sangat cepat. Pengaruh pada sektor jasa tidak sama.

Ketika The Fed menaikkan suku bunga, hal-hal seperti biaya perawatan medis tidak langsung berubah harga seperti suku bunga hipotek. Itu sebagian mengapa inflasi keseluruhan naik 6,5 persen tahun-ke-tahun bulan lalu, tetapi inflasi sektor jasa ketika tidak termasuk biaya energi yang mudah menguap naik 7 persen, dan biaya layanan transportasi yang mencakup hal-hal seperti bus dan tiket pesawat, naik 14,6.persen, sesuai data Biro Statistik Tenaga Kerja.

El-Erian juga khawatir bahwa inflasi inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi yang fluktuatif, akan sulit diturunkan karena bisnis cenderung tidak memotong harga setelah dinaikkan, bahkan jika biayanya turun. Menurutnya, inflasi inti naik 0,3 persen bulan ke bulan pada Desember, sementara inflasi keseluruhan turun 0,1 persen.

Kepala investasi Morgan Stanley Wealth Management, Lisa Shalett, juga khawatir inflasi bisa tertahan di 4 persen, dan dia menjelaskan tiga alasan utama terkait itu. Pertama, Kepala Pejabat Informasi (chief information officer/CIO) memperingatkan bahwa biaya energi dapat meningkat selama enam bulan ke depan. Morgan Stanley memperkirakan harga minyak akan melonjak lebih dari 20 persen menjadi 107 dolar AS per barel pada kuartal ketiga tahun ini, dan penurunan harga minyak telah membantu mendorong inflasi lebih rendah dalam beberapa bulan terakhir.

Kedua, Shalett mengatakan, memudarnya kekuatan dolar AS dapat menyebabkan harga impor naik, memperburuk inflasi. Dan ketiga, "kekurangan tenaga kerja struktural" dapat menyebabkan inflasi yang terus-menerus di beberapa bagian sektor jasa seperti yang dikhawatirkan oleh El-Erian, dia memperingatkan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Berbagai Sumber

Komentar

Komentar
()

Top