Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dunia Penerbangan Harus Arif

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Banyak sekali yang bergantung pada dunia penerbangan, seperti pariwisata, jasa pengiriman, perhotelan, dan tentu saja masyarakat untuk hilir mudik dengan berbagai kepentingan. Maka dari itu, ketika terjadi kebijakan yang memberatkan kelompok-kelompok berkepentingan tersebut, banyak yang dirugikan, di antaranya kebijakan (yang banyak pihak nilai tidak bijaksana) menaikkan tarif dan menerapkan bagasi berbayar.

Dampaknya, sekarang banyak bandara sepi penumpang karena rakyat tidak mampu menjangkau transportasi udara tersebut secara finansial. Ratusan bahkan mungkin ribuan penerbangan telah dibatalkan karena tidak memenuhi kuota minimal agar tidak merugi. Jadi, sekarang pilihan menaikkan harga dan (disertai) menerapkan bagasi berbayar mulai menjadi bumerang sendiri bagi dunia penerbangan.

Bisa jadi, ini pelajaran yang sengaja diberikan para penumpang atau masyarakat kepada dunia penerbangan. Rakyat tidak mau naik pesawat. Pertama, karena tidak punya uang, tapi bukan tidak mungkin juga untuk memberi pelajaran jasa penerbangan. Rakyat mungkin menghukum penerbangan dengan sengaja tidak menggunakan penerbangan agar sama-sama merasakan dampak kenaikan tarif dan bagasi berbayar.

Jadi, mungkin memang perlu ada pelajaran ke dunia penerbangan. Misalnya, masyarakat tak perlu menggunakan jasa penerbangan untuk beberapa waktu, atau warga sebaiknya menunda bepergian dengan pesawat. Kalau masih bisa menggunakan jasa angkutan lain, sebaiknya digunakan dulu seperti bus, kereta api, atau kapal.

Ini penting agar penerbangan merasakan bahwa yang mereka lakukan itu tidak sepenuhnya benar. Bayangkan saja, sudah menaikkan tarif juga mengenakan bagasi berbayar. Penerbangan merasa didukung Menteri Perhubungan Budi dan juga Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengatakan harga avtur di sini lebih mahal dari negara lain. Pernyataan-pernyataan pejabat tinggi yang pro kenaikan tarif itu tentu seperti dukungan ke penerbangan.

Jasa penerbangan mesti arif dalam menerapkan kebijakan-kebijakan dengan memperhatikan kondisi perekonomi dan situasi bangsa. Sebab dengan kenaikan tarif dan pengenaan bagasi berbayar, banyak pihak dirugikan. Kondisi daya beli masyarakat tengah berat. Menteri Pariwisata, Arief Yahya, sudah mengeluh bahwa banyak kunjungan wisata batal, sehingga bisa mengurangi pemasukan dari sektor ini. Kalau wisata menurun, dampaknya tentu perhotelan juga demikian. Resort-resort banyak yang dibatalkan pesanannya.

Para pengusaha jasa kiriman barang juga tak kalah kencang mengeluhkan situasi ini. Mereka banyak yang tidak lagi atau menunda melayani jasa pengiriman lewat udara. Untuk menghemat, mereka untuk sementara, sambil melihat situasi, terpaksa pindah menggunakan jasa angkutan darat. Mereka bahkan tidak melayani pengiriman antarpulau karena kalau lewat darat akan lama. Sementara itu, lewat udara terlalu mahal, tidak bisa menutup operasional.

Jadi, begitu luas dampak yang ditimbulkan kebijakan yang tidak popular tersebut. Dunia penerbangan jangan bareng-bareng dalam menerapkan kebijakan. Penurunan harga juga dinilai tidak riil. Harga tiket masih lebih mahal, meski katanya sudah diturunkan karena sebelumnya naik terlalu tinggi.

Jangan asal menerapkan kebijakan tanpa mempertimbangkan dampak luasnya. Semua tahu berbagai daerah sudah mulai sadar wisata. Mereka giat membangun destinasi-destinasi dan diakui bahwa pariwisata bisa menghidupkan perekonomian rakyat di tengah kelesuan perekonomia karena berbagai faktor.

Jangan sampai masyarakat lalu semakin lama menghindari jasa penerbangan karena jengkel. Sudah waktunya tarif dikembalikan ke sebelum Natal dan Tahun Baru, serta tetap menerapkan bagasi gratis. Hanya mungkin kalau selama ini ukuran gratis 10 kilogram, bisa saja lima kilogram gratis. Sedangkan kelebihan tiap kilogram dikenakan tarif yang wajar, jangan mencekik leher.

Komentar

Komentar
()

Top