Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Sejarah Kelam Ambon

Duka Inggris oleh Pembantaian Brutal VOC di Ambon

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pengadilan VOC di Amboina pada 1623 berubah menjadi penyiksaan dan pembantaian orang-orang Inggris, tentara bayaran Jepang, dan orang lokal. Pembantaian kepada orang yang belum tentu bersalah ini menciptakan ketegangan antara Belanda dan Inggris.

Pada 9 Maret 1623 tepat 400 tahun yang lalu, dua puluh satu orang termasuk sepuluh orang Inggris, dipenggal oleh pengadilan Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC). Orang-orang itu dikatakan bersalah karena berkomplot untuk menguasai benteng Belanda di Ambon dan akhirnya seluruh wilayah itu.

Kasus pengadilan dan khususnya eksekusi cepat dari para tersangka konspirator, membuat keadaan menjadi gelisah setelahnya dan membuat hubungan antara Republik Belanda (Dutch Republic) dan Inggris tegang.

Sejarawan Amerika bernama Adam Clulow telah melakukan penelitian ekstensif tentang apa yang disebut pembantaian Ambon dan menawarkan perspektif baru tentang kasus tersebut dalam bukunya yang berjudulAmbon 1623yang diterbitkan pada pekan kedua Maret 2023.

Dalam tulisan di lamanHistoriektentang bukuAmbon 1623, Clulow melihatnya melampaui pertanyaan tentang rasa bersalah yang telah ditanyakan selama berabad-abad dan menempatkan peristiwa tersebut dalam konteks yang lebih luas. Ia menerbitkan tulisan sebagai bagian dari pengantar buku itu yang menuliskan apa yang terjadi pada 1623.

Peristiwa dimulai pada 23 Februari 1623 ketika tentara bayaran muda Jepang Shichizo ditangkap oleh majikan Belandanya. Dia terdengar mengajukan pertanyaan yang mencurigakan pada malam sebelumnya tentang pertahanan benteng utama VOC di Amboina, gugusan pulau terpencil di sebelah timur yang sekarang menjadi bagian Indonesia.

Shichizo dimintai pertanggungjawaban atas pertanyaan yang diajukannya itu oleh Gubernur Herman van Speult, tetapi menyangkal semuanya.

Ketika penjaga dipanggil untuk mengkonfirmasi tuduhan tersebut, Shichizo mengakui bahwa dia telah mengajukan pertanyaan seperti itu, tetapi hanya karena ingin tahu. Namun jawaban itu hanya menyulut kecurigaan Van Speult. Ini tidak mungkin pertanyaan omong kosong dan bisa jadi mengarah ke suatu tujuan yang terselubung dan mengerikan.

Shichizo dianggap tidak bertindak sendirian, diyakini ada seseorang yang menginstruksikannya untuk mensurvei pertahanan benteng. Mereka mungkin berada di dekatnya, dengan ambisi dan sumber daya untuk merebut kekuasaan di Ambon, memiliki kekayaan berupa cengkeh dan rempah-rempah berharga lainnya yang melimpah.

Ketika Shichizo tetap keras kepala, gubernur memutuskan untuk menyiksanya untuk mengungkap kebenaran. Tidak ada alat penyiksaan di dalam benteng. Sebagai gantinya, benda sehari-hari digunakan untuk mendapatkan jawaban: tali, kusen pintu, dan kendi besar berisi air.

Lengan dan kaki Shichizo yang meronta ditarik terpisah dan diikat kasar ke kusen pintu. Sebuah kain ditarik ke mulutnya dan diikat erat di belakang kepalanya. Salah satu prajurit mulai menuangkan air ke atas kepalanya yang lain berdiri di belakangnya, menarik kain yang menutupi mulutnya.

Penyiksaan itu berhasil membuat pengakuan. Shichizo mengaku terlibat dalam konspirasi dengan sekelompok pedagang Inggris yang didirikan di dekatnya. Tujuan untuk menguasai benteng dan akhirnya pulau yang begitu kaya akan rempah-rempah.

Penyidikan yang dipimpin oleh Isaaq de Bruyn, seorang bawahan Van Speult, lalu dilaksanakan. Dia adalah seorang pengacara pajak, otoritas hukum utama di pulau itu. Berbekal pengakuan Shichizo, ia menangkap, menginterogasi, dan menyiksa sepuluh tentara bayaran Jepang yang tersisa di garnisun. Akhirnya mereka semua ikut serta dalam persekongkolan itu dengan janji imbalan seribu real, jumlah yang sangat besar, berkali-kali lipat dari pendapatan tahunan mereka.

Pada26 Februari, De Bruyn mengalihkan perhatiannya ke para pedagang di pos perdagangan kecil Perusahaan Hindia Timur Inggris (East India Company/EIC) di Ambon. Dia mulai memeriksa Abel Price yang disebut Shichizo sebagai penghubung utama antara Jepang dan rekan konspirator mereka.

Setelah disiksa, Price langsung mengaku berperan dalam konspirasi yang bertujuan merebut kastil dan membunuh orang Belanda. Pemimpin konspirasi itu bernama Gabriel Towerson, kapten berusia 49 tahun dari pos perdagangan Inggris di Ambon.

Penyiksaan oleh De Bruyn akhirnya menyingkap seluruh konspirator termasuk pengawas budak dan prajurit dari pemukiman di Luhu di dekat Semenanjung Hoamoal dan semuanya adalah bagian dari konspirasi besar yang melibatkan Towerson dan kaki tangannya dari Jepang.

Pada 8 Maret tahun yang sama, para hakim Ambon bertemu sebuah pengadilan improvisasi yang terdiri dari pejabat VOC, pedagang, dan kapten. Mereka akan menghakimi para konspirator, yang dituduh melakukan pengkhianatan tingkat tinggi (crimen laesae maiestatis).

Putusan mereka menyatakan bersalah, meskipun gubernur memutuskan pada menit terakhir untuk membebaskan sejumlah pedagang Inggris. Pada 9 Maret pagi hari, para narapidana digiring ke lapangan terbuka di depan benteng. Di sana dua puluh satu orang dipenggal, satu demi satu, dengan satu tebasan pedang.

Meski persidangan berakhir, Kehebohan dari apa yang terjadi di Ambon bergema selama beberapa dekade. Berita ini sampai ke London pada akhir Mei 1624, hal itu langsung memicu kemarahan besar di antara manajemen EIC dan kemarahan itu terutama ditujukan ke para pendukung VOC.

Sentimen Anti-Belanda

VOC menerbitkan pamflet pendek bertuliskanWaerachtich Verhael vande Tydinghen ghecomen wt de Oost-Indien, dimaksudkan untuk membenarkan apa yang telah terjadi. Namun pamflet tersebut, yang diyakini secara luas sebagai karya seorang pejabat senior VOC Belanda, mencela konspirasi keji dan dengan tegas membela proses hukum.

EIC dengan cepat menugaskan laporannya sendiri yang diberi judulA True Relation of the Unjust, Cruell, and Barbarous Proceedings Against the English at Amboyna in the East-Indiesoleh Gubernur Netherlandish dan Counsell There. Pamflet ini ditulis berdasarkan kesaksian beberapa orang yang selamat yang melakukan perjalanan dari Ambon ke London pada tahun-tahun berikutnya.

Penuh dengan tuduhan kebencian terhadap tirani Belanda, mereka menyatakan bahwa tuduhan konspirasi adalah rekayasa belaka. Kemarahan semakin tinggi dipicu setelah Raja James I bereaksi keras terhadap pembunuhan yudisial rakyatnya.

Kontroversi dan perang pamflet yang disebabkan oleh persidangan yang terjadi di bagian terpencil Asia, ribuan mil dari Eropa itu kemudian menjadi fokus perselisihan sengit antara dua negara Eropa yang merupakan sekutu tradisional.

Pada 1627, Inggris mengambil keputusan untuk membentuk pengadilan khusus bagi menyelidiki tindakan para hakim di Ambon. Ini terjadi di bawah tekanan raja Inggris yang baru, Charles I, yang mengancam akan menolak akses kapal Belanda ke pelabuhan Inggris.

Penyelidikan berlarut-larut hingga 1632, terhambat oleh perbedaan pendapat tentang yurisdiksi. Pada akhirnya, para pejabat VOC yang masih hidup yang terlibat, dibebaskan. Namun, pernyataan itu tidak membantu meredam kontroversi. Kasus ini menjadi hidup setiap kali sentimen anti-Belanda muncul di Inggris. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top