Koran-jakarta.com || Selasa, 08 Jan 2019, 01:00 WIB

Dubes Russia Wahid Supriyadi Semula ingin Jadi Dalang

Tidak ada tampilan khas pejabat dari dirinya. Dengan mengenakan kemeja biasa berwarna biru laut, sambil makan hidangan khas Padang langsung menggunakan tangan kanannya, tidak ada yang menyangka sosok bersahaja tersebut seorang diplomat. Yang lebih menakjubkan lagi, dia adalah Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Russia merangkap Belarusia.

Dubes Russia Wahid Supriyadi Semula ingin Jadi Dalang

Ket. Mohamad Wahid Supriyadi

Doc: koran jakarta/wachyu ap Dubes Russia Wahid Supriyadi Semula ingin Jadi Dalang

Memegang kendali diplomatik negara besar sekelas Russia, tidak menghilangkan kesederhanaan dari pria yang bernama lengkap Mohamad Wahid Supriyadi tersebut. Wahid mengaku dirinya adalah orang biasa yang berasal dari sebuah kampung di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

"Saya berasal dari sebuah kampung miskin di Kecamatan Mirit yang merupakan daerah terkenal rawan maling," akunya kepada koran jakarta, usai makan siang bersama di Tebet, Jakarta Selatan, Senin (7/1).

Alumni Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada tersebut menuturkan, sejak kecil ia tak pernah memikirkan untuk berkarier sebagai seorang diplomat. Justru, cita-cita masa kecilnya adalah menjadi seorang dalang, karena ia hobi menontong pertunjukan seni wayang.

"Cita-cita saya itu jadi dalang. Saya itu kalau nonton wayang bisa sampai pagi dan bisa berapa kilometer jalan kaki. Dan saya punya kotak (wayang) sendiri, gambar sendiri," ceritanya.

Namun, seiring waktu ia menyadari bahwa dirinya tidak memiliki bakat di bidang seni. Setelah itu, Wahid menuturkan bahwa ia mulai belajar bahasa Inggris melalui lagu yang ia dengar dari radio. Salah satu lagu yang membuat ia mulai tertarik mempelajari bahasa Inggris adalah lagu "Ring Ring" dari ABBA, sebuah grup musik pop asal Swedia.

"Ketika SMP saya ngirim surat ke radio Australia, ABC radio. Saya dikirimi satu buku lengkap pelajaran, kaset lengkap, waktu itu saya belum punya tape recorder karena mahal zaman dulu itu," tuturnya.

Singkat cerita, kemudian ia memutuskan untuk mengambil jurusan bahasa pada waktu SMA, serta mengambil jurusan Sastra Inggris ketika kuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Selama kuliah, ia sambil bekerja sebagai guru bahasa Inggris di SMA Muhammadiyah II Yogyakarta. Setelah lulus sarjana tahun 1983, ia mulai bekerja sebagai dosen Bahasa Inggris di Universitas Pancasila pada 1984.

"Tahun 1985 Ada lowongan di Deplu (Departemen Luar Negeri), itulah pertama kali saya dengar Departemen Luar Negeri, saya ikut tes dan keterima, dan tidak ada yang nyogok sama sekali. Ternyata departemen ini cukup bersih, nah mulailah kerja saya di diplomat," ujarnya.

Kemudian, ia mulai berkarier di Kementerian Luar Negeri. Selama malang-melintang berkarier sebagai diplomat, salah satu pencapaiannya adalah menjadi Konsul Jenderal RI di KJRI Melbourne, Australia pada tahun 2004-2007. Kemudian menjadi Duta Besar RI untuk Persatuan Emirat Arab, yang bertempat di Abu Dhabi, pada tahun 2008 - 2011, serta prestasi puncaknya kini menjadi Duta Besar RI untuk Federasi Russia dan Republik Belarusia, yang dilantik Presiden Joko Widodo sejak 2016.

Menurutnya, menjadi seorang diplomat dengan pengalaman satu kali menjadi konsul jenderal dan dua kali menjadi duta besar, merupakan prestasi tersendiri untuknya. Apalagi, ia merupakan seorang dari desa dan merupakan lulusan sastra, bukan lulusan hubungan internasional seperti kebanyakan diplomat.trisno j/suradi/AR-3

Like, Comment, or Share:


Artikel Terkait