Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hambatan Pertanian | BPS dan Beberapa Instansi Terkait Kembangkan Metode KSA Jagung

Disparitas Picu Harga Jagung Naik

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Pemerintah perlu melakukan berbagai terobosan untuk mengatasi kendala logistik untuk hasil komoditas jagung.

JAKARTA - Kendala logistik menjadi penyebab utama masalah jagung. Adanya disparitas menjadi masalah utama sehingga mengerek harga jagung. Karena itu, pemerintah diminta menyelesaikan masalah logistik ini agar masalahnya tidak berlarut-larut.

Rektor IPB (Institut Pertanian Bogor), Arif Satria, mengatakan disparitas antara lokasi jagung pakan ternak dan peternak, dan disparitas bahwa jagung bersifat musiman dan kebutuhan pakan bersifat harian. "Harus ada terobosan mengatasi logistik ini, dan kita harus tahu kebutuhan jagung ini kadang bisa untuk pakan, maupun konsumsi langsung," ujarnya, akhir pekan lalu, saat dalam rapat Sinkronisasi Data Jagung bersama Kementan (Kementerian Pertanian) dan BPS (Badan Pusat Statistik).

Dia menambahkan, saat ini tercatat ada selisih produksi dan kebutuhan jagung sehingga diperkirakan surplus sekitar dua juta ton. Jadi, dengan surplus ini benar-benar harus kita lakukan verifikasi surplus di mana saja. Arif menekankan harga bukan satu-satunya indikator untuk melihat kondisi stok pasar.

"Kita harus melihat keberadaan barang di mana. Data yang sudah disajikan surplus perlu terus divalidasi. Langkah Kementan untuk lakukan ground check sangat bagus agar data-data akurat," beber Arif.

Baca Juga :
Rem Impor Sapi

Terkait kondisi hulu dan hilir, menurutnya, harus terintegrasi, harus ada pola pemusatan produksi di kawasan tertentu supaya semakin dekat antara suplai bahan baku dan industri. Hal ini akan mengurangi alokasi biaya transportasi. "Dalam jangka menengah perlu dipikirkan sentra industri jagung dan peternak yang komprehensif," terang Arif.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top